Luka di Hati Putri Ria **
** Matahari terik menyinari taman kerajaan Spanyol. Putri Shani, dengan cekatan menarik tali busurnya, bersiap melepaskan anak panah. Ia tengah berlatih, seperti biasa, di taman yang luas dan indah itu. Di dekatnya, Putri Ria, adiknya, duduk di bawah pohon rindang, menikmati sejuknya angin taman. Tiba-tiba, seorang pria berpakaian sederhana muncul dari balik pohon. Wajahnya penuh amarah, matanya melotot tajam. Ia berteriak dengan suara keras, "Tidak! Jangan serang aku! Aku mohon, jangan!" Putri Ria terkejut. Ia tak sempat menghindar saat pria itu menerjangnya, tangannya terhunus ke arahnya. Darah segar mengalir deras dari luka di tangan Putri Ria. Putri Shani, yang melihat kejadian itu, langsung berteriak memanggil para pengawal. Ia berlari menghampiri adiknya, memeluknya erat. "Adikku, apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara gemetar. Putri Ria, dalam dekapan kakaknya, hanya bisa terisak. "A-aku mohon, jangan serang aku... aku mohon, jangan..." lirihnya, suara tangisnya memecah kesunyian taman. Raja dan Ratu, yang mendengar teriakan Putri Shani, segera datang ke tempat kejadian. Mereka melihat Putri Ria terluka parah, wajahnya pucat pasi. Raja, dengan amarah membara, langsung memerintahkan para pengawal untuk menangkap pria itu. Putri Ria, yang mengalami trauma berat, tak bisa tidur dengan tenang. Bayangan pria itu terus menghantuinya. Ia terbangun di tengah malam, berteriak ketakutan. "Jangan serang aku! Aku mohon, jangan!" Putri Shani, yang tak tega melihat adiknya menderita, selalu berada di sisinya. Ia memeluk erat Putri Ria, berusaha menenangkannya. Namun, trauma yang dialami Putri Ria begitu dalam, sehingga sulit untuk dihilangkan. Raja, yang sangat mencintai kedua putrinya, bertekad untuk membalas perbuatan pria itu. Ia mengirimkan utusan ke kerajaan Inggris, menuntut pertanggungjawaban atas serangan terhadap Putri Ria. Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam di hati Putri Ria. Ia yang dulunya ceria dan penuh semangat, kini menjadi pendiam dan murung. Namun, dengan dukungan keluarga dan teman-temannya, Putri Ria perlahan mulai bangkit dari traumanya. Ia belajar untuk memaafkan, dan kembali menemukan keceriaan dalam hidupnya.