Dampak Pencemaran Lingkungan di Des
Di desa saya, lingkungan perkampungan selalu terdengar di pagi hari, dengan jalan kota yang sepi dan truk yang lewat bisa menjatuhkan batu. Kondisi ini membuat lingkungan sosial desa masih sangat berbeda dari jalan kota yang ramai. Meskipun ada beberapa orang dengan keahlian khusus yang bisa membawa kendaraan di jalan pedesaan ini, tetapi masih banyak orang yang tidak bisa mengendarai kendaraan di jalan tersebut. Ketika ada acara, hampir semua penduduk desa turun dan berkelok-kelok di sekitar pemukiman mereka. Sungai di desa saya tampak tidak seperti dulu lagi. Warna airnya menjadi hitam, dan puing-puing sampah plastik, styrofoam, dan pakaian mengambang di permukaan sungai. Sementara itu, tepian sungai juga berubah: sampah yang berserakan menumpuk di setiap sudut, dan ini menjadi pemandangan biasa di sungai-sungai tersebut. Ini menunjukkan bahwa sungai ini sudah sangat tercemar sehingga airnya tidak layak untuk dikonsumsi. Padahal, sungai ini adalah salah satu sumber air di daerah saya. Jika pemandangan sampah ini dibiarkan begitu saja, maka lama kelamaan akan semakin parah, dan masalahnya akan semakin besar. Kehadiran reboisasi nohon tahun lalu telah mengembalikan memperkaya hutan sejak program penanaman dilaksanakan di hutan desa ini. Meskipun belum menjulang tinggi, tetapi pepohonan mulai menunjukkan daunnya setiap hari semakin hijau. Akibatnya, kondisi hutan setidaknya lebih baik daripada saat dibakar. Saat itu, hutan di desa ini masih jarang, dan tanah mulai menghitam. Warga desa bahkan bisa merasakan panasnya saat melintasi hutan yang baru saja terbakar ini. Dengan keberhasilan program reboisasi awal, beberapa jenis pohon telah ditanam dalam hutan ini, dan mereka mampu menyelamatkan lingkungan wilayah ini. Kembalinya hutan akan sangat berpengaruh bagi masyarakat desa ini, dan meskipun mungkin membutuhkan waktu lama, ini bisa memberikan harapan lingkungan hidup yang baik.