Rasa Bersalah dan Kesedihan Lian-li saat Melihat Song Chew yang Terbaring Tidak Sadarkan Diri
Lian-li merasa hatinya teriris-iris saat melihat adik tirinya, Song Chew, terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit. Rasa bersalah yang mendalam melanda dirinya, karena dia merasa bertanggung jawab atas keadaan adiknya yang sedang kritis ini. Lian-li teringat saat itu, ketika mereka berdua sedang bermain di taman. Mereka saling tertawa dan menikmati kebersamaan mereka. Namun, kecelakaan tragis terjadi saat mereka bermain di dekat kolam renang. Lian-li tidak sengaja menyenggol Song Chew, membuatnya terjatuh ke dalam kolam yang dalam. Lian-li segera berlari ke arah adiknya, tetapi sudah terlambat. Song Chew sudah tidak sadarkan diri dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Sejak saat itu, Lian-li merasa sangat bersalah. Dia merasa bahwa dia adalah penyebab utama kecelakaan ini. Dia berpikir bahwa jika dia lebih berhati-hati atau tidak bermain terlalu kasar, mungkin kecelakaan ini tidak akan terjadi. Rasa bersalah ini terus menghantuinya setiap hari, dan semakin kuat ketika dia melihat adiknya terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Tidak hanya rasa bersalah, kesedihan juga melanda Lian-li. Dia tidak bisa menahan air mata saat melihat adiknya yang biasanya ceria dan energik, sekarang terbaring lemah dan tidak berdaya. Lian-li merasa seperti dunia mereka runtuh, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu adiknya. Namun, di tengah rasa bersalah dan kesedihan yang melanda, Lian-li juga merasa tekad yang kuat untuk membuat adiknya sembuh. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melakukan segala yang dia bisa untuk membantu Song Chew pulih. Lian-li menghabiskan waktu di rumah sakit setiap hari, mendukung adiknya dan memberinya semangat. Dia juga berbicara dengan dokter dan perawat untuk memastikan bahwa Song Chew mendapatkan perawatan terbaik. Meskipun rasa bersalah dan kesedihan masih ada, Lian-li berusaha untuk tetap optimis dan positif. Dia percaya bahwa dengan dukungan dan cinta yang tak terbatas, adiknya akan pulih dan kembali menjadi seperti sebelumnya. Lian-li berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi kakak yang lebih baik dan akan selalu menjaga adiknya dengan baik. Dalam perjalanan ini, Lian-li belajar banyak tentang kekuatan keluarga dan tekad yang kuat. Dia menyadari betapa berharganya hubungan keluarga dan betapa pentingnya untuk saling mendukung dan mencintai satu sama lain. Meskipun rasa bersalah dan kesedihan masih ada, Lian-li berusaha untuk tetap kuat dan berharap yang terbaik untuk adiknya. Dalam kegelapan yang menghantui hatinya, Lian-li menemukan cahaya harapan. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dia siap untuk menghadapinya dengan kepala tegak dan hati yang penuh cinta.