Bagaimana Mutlak dan Muqayyad Berperan dalam Menentukan Hukum Fiqih?
Mutlak dan muqayyad adalah dua konsep penting dalam ushul fiqih yang berperan signifikan dalam menentukan hukum suatu masalah. Konsep ini membantu para ulama dalam memahami dan menginterpretasikan dalil-dalil syariat, baik Al-Qur'an maupun Hadits, untuk kemudian menetapkan hukum yang relevan dengan problematika umat. <br/ > <br/ >#### Memahami Konsep Mutlak dan Muqayyad <br/ > <br/ >Mutlak, secara bahasa, berarti terlepas atau bebas. Dalam konteks ushul fiqih, mutlak merujuk pada lafadz atau teks syariat yang memiliki cakupan makna umum dan tidak dibatasi oleh apapun. Kata atau kalimat mutlak memberikan keumuman hukum dan berlaku pada setiap kondisi, tanpa pengecualian. Contohnya adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan diwajibkan atas kamu berpuasa." Kata "puasa" dalam ayat ini bersifat mutlak, sehingga hukum puasa berlaku umum bagi setiap muslim yang memenuhi syarat. <br/ > <br/ >Sebaliknya, muqayyad berarti terikat atau terbatas. Muqayyad merujuk pada lafadz atau teks syariat yang maknanya dipersempit oleh suatu qarinah (indikator) tertentu. Qarinah ini bisa berupa kata, kalimat, atau sebab turunnya suatu ayat yang membatasi keumuman makna. Contohnya adalah firman Allah SWT, "Dan perempuan-perempuan yang ditalak, hendaklah menunggu (menahan diri) selama tiga kali quru'." Kata "perempuan-perempuan yang ditalak" merupakan qarinah yang membatasi hukum 'iddah hanya bagi perempuan yang dicerai, bukan semua perempuan. <br/ > <br/ >#### Peran Mutlak dan Muqayyad dalam Menetapkan Hukum Fiqih <br/ > <br/ >Konsep mutlak dan muqayyad berperan penting dalam istinbath hukum, yaitu proses penggalian hukum dari dalil-dalil syariat. Ketika ulama dihadapkan pada suatu dalil yang bersifat mutlak, mereka akan meneliti lebih lanjut, apakah terdapat dalil lain yang bersifat muqayyad terhadap dalil tersebut. <br/ > <br/ >Misalnya, dalam kasus larangan memakan bangkai, Al-Qur'an menggunakan lafadz mutlak, "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai." Namun, di ayat lain terdapat pengecualian, "Kecuali yang sempat kamu sembelih." Ayat ini menjadi qarinah yang membatasi keumuman larangan memakan bangkai, sehingga hukumnya menjadi haram kecuali bangkai yang disembelih sebelum mati. <br/ > <br/ >#### Mengharmonisasikan Dalil Mutlak dan Muqayyad <br/ > <br/ >Dalam proses istinbath, terkadang ulama dihadapkan pada dalil-dalil yang tampak kontradiktif, di mana satu dalil bersifat mutlak dan dalil lain bersifat muqayyad. Dalam kondisi ini, ulama akan mengkompromikan kedua dalil tersebut dengan mendahulukan dalil yang muqayyad. <br/ > <br/ >Contohnya, dalam hukum warisan, terdapat ayat Al-Qur'an yang menyatakan, "Bagi laki-laki seperti bagian dua orang perempuan." Ayat ini bersifat mutlak dalam hal pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan. Namun, terdapat ayat lain yang mengatur pembagian warisan untuk kasus tertentu, seperti anak perempuan yang mendapatkan bagian lebih banyak dari saudara laki-laki dalam kondisi tertentu. Dalam hal ini, ulama mendahulukan ayat yang muqayyad untuk kasus-kasus khusus tersebut. <br/ > <br/ >Pemahaman yang komprehensif tentang konsep mutlak dan muqayyad sangat krusial bagi ulama dalam menggali hukum-hukum fiqih. Konsep ini membantu mereka dalam memahami, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan dalil-dalil syariat secara tepat dan akurat. Dengan demikian, hukum-hukum yang dihasilkan dapat menjadi solusi yang relevan dan sesuai dengan problematika umat di berbagai zaman. <br/ >