Pembagian Sejarah: Sebuah Perspektif yang Membatasi? **
** Pembagian sejarah Indonesia menjadi masa Hindu-Buddha, masa Islam, dan masa kolonial Barat merupakan praktik yang umum dijumpai dalam buku-buku pelajaran sejarah. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan yang signifikan, yaitu cenderung menyederhanakan kompleksitas sejarah dan mengabaikan interaksi serta tumpang tindih antar periode. Pertama, pembagian ini menciptakan ilusi bahwa setiap periode merupakan entitas yang terpisah dan homogen. Padahal, di dalam setiap periode terdapat beragam budaya, kepercayaan, dan praktik sosial yang saling berinteraksi. Misalnya, masa Hindu-Buddha tidak hanya diwarnai oleh pengaruh Hindu dan Buddha, tetapi juga oleh tradisi lokal yang telah ada sebelumnya. Begitu pula dengan masa Islam, yang tidak hanya membawa pengaruh Arab, tetapi juga bercampur dengan budaya lokal dan tradisi Hindu-Buddha yang telah ada sebelumnya. Kedua, pembagian ini cenderung mengabaikan kontinuitas sejarah. Sejarah bukanlah serangkaian periode yang terputus, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan. Banyak aspek budaya, tradisi, dan pemikiran yang berkembang di masa Hindu-Buddha tetap bertahan dan bertransformasi di masa Islam, dan begitu pula di masa kolonial. Pembagian yang kaku dapat mengaburkan kontinuitas ini dan menciptakan kesenjangan yang tidak realistis. Ketiga, pembagian ini dapat menimbulkan bias dan stereotip. Dengan membagi sejarah menjadi periode-periode yang terpisah, kita cenderung melihat setiap periode sebagai entitas yang berbeda dan bahkan bertentangan. Hal ini dapat memicu persepsi yang sempit dan bias terhadap budaya dan tradisi yang berkembang di setiap periode. Sebagai alternatif, kita dapat menggunakan pendekatan yang lebih holistik dan dinamis dalam memahami sejarah Indonesia. Pendekatan ini menekankan interaksi, tumpang tindih, dan kontinuitas antar periode. Dengan demikian, kita dapat memahami sejarah Indonesia sebagai sebuah proses yang kompleks dan dinamis, di mana berbagai pengaruh dan tradisi saling bercampur dan bertransformasi. Pembagian sejarah menjadi masa Hindu-Buddha, masa Islam, dan masa kolonial Barat memang memiliki nilai praktis dalam memudahkan pemahaman. Namun, penting untuk menyadari bahwa pendekatan ini memiliki keterbatasan dan dapat menimbulkan bias. Dengan memahami kompleksitas sejarah dan menggunakan pendekatan yang lebih holistik, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih akurat dan mendalam tentang sejarah Indonesia.