Gajah Sena Manjing ing Ragane Si Bungkus
Prabu Pandhu Dewanata, seorang raja di Ngastina, bingung ketika anak kedua mereka lahir. Namun, bayi tersebut memiliki wujud yang aneh, yaitu berbentuk bungkus. Meskipun bayi tersebut sudah lahir, namun tempat bayi tersebut masih berada di dalam bungkus yang terbuat dari daun. Prabu Pandhu Dewanata bingung dan kesulitan karena bungkus bayi tersebut tidak bisa dibuka atau dipecahkan. Prabu Pandhu Dewanata kemudian berdoa kepada Tuhan agar diberikan cara untuk membuka bungkus tersebut. Akhirnya, Prabu Pandhu Dewanata mendapatkan petunjuk bahwa bayi yang berwujud bungkus tersebut harus dibawa ke Alas Setragandamayi. Prabu Pandhu Dewanata mengikuti petunjuk tersebut dan membawa bayi tersebut ke Alas Setragandamayi yang merupakan hutan yang luas dan penuh misteri. Sebenarnya, Prabu Pandhu Dewanata tidak ingin meninggalkan bayi yang berwujud bungkus tersebut di Alas Setragandamayi, namun dia tidak memiliki pilihan lain. Akhirnya, bayi tersebut diletakkan di tengah hutan. Bayi yang berwujud bungkus tersebut terus tumbuh di Alas Setragandamayi, namun wujudnya masih tetap seperti bungkus. Suatu hari, ada seekor gajah besar yang melintas di dekat bayi tersebut. Gajah tersebut melihat bungkus yang berputar-putar seperti bola dan memutuskan untuk mengambilnya dengan belalainya. Namun, bungkus tersebut tidak pecah. Setelah beberapa saat, bayi yang berwujud bungkus tersebut dilemparkan ke udara dengan sangat tinggi. Suara ledakan terdengar sangat keras. Bersama dengan suara ledakan tersebut, bungkus tersebut pecah dan terlihatlah seorang anak laki-laki yang tampan. Bayi yang berwujud bungkus tersebut selamat. Tidak ada dosa yang dilakukan oleh anak tersebut, namun dia dibuang oleh gajah tersebut. Anak tersebut tidak mati, malah dia tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat. Akhirnya, gajah dan pemuda tersebut bertarung. Gajah kalah dan mati. Setelah gajah mati, pemuda tersebut kembali menjadi bungkus. Bungkus tersebut berubah menjadi seekor gajah muda yang lucu. Gajah muda tersebut kemudian diangkat oleh pemuda tersebut. Dalam kegembiraannya, pemuda tersebut berkata, "Hei pemuda... sudah berpuluh-puluh tahun aku mencari pangeranku, dan akhirnya aku menemukanmu. Karena kamu adalah putra Bayu!" Untuk mengenang peristiwa tersebut, Prabu Pandhu Dewanata memberikan nama Rratacona kepada pemuda tersebut.