Harmoni dalam Bingkai Kayu Tua **
** Aroma kayu jati tua menyapa setiap orang yang memasuki rumah itu. Rumah yang berdiri kokoh di tengah hamparan sawah hijau, saksi bisu perjalanan hidup keluarga Pak Harto. Rumah itu bagaikan bingkai kayu tua yang menyimpan sejuta cerita, dihiasi ukiran-ukiran rumit yang menggambarkan kasih sayang dan kebersamaan. Di ruang tengah, sebuah meja kayu besar menjadi pusat pertemuan keluarga. Di atasnya, selalu terhidang makanan sederhana yang disiapkan Ibu dengan penuh cinta. Setiap sore, anak-anak berkumpul di sana, berbagi cerita tentang hari mereka. Pak Harto, dengan senyum hangat, mendengarkan dengan saksama, sesekali memberikan nasihat bijak. Ibu, dengan tangan lembutnya, menyentuh kepala anak-anaknya, menenangkan hati mereka. Di halaman belakang, sebuah pohon mangga besar menaungi keluarga itu. Di bawahnya, anak-anak bermain petak umpet, tertawa lepas. Pak Harto, dengan tangan keriputnya, mengajari anak-anaknya memancing di sungai kecil yang mengalir di belakang rumah. Ibu, dengan suara merdunya, menyanyikan lagu-lagu daerah, mengiringi senja yang perlahan menyapa. Malam tiba, keluarga itu berkumpul di ruang tengah. Pak Harto membaca cerita rakyat, suaranya yang berat menenangkan hati anak-anak. Ibu, dengan jarinya yang lincah, menjahit baju untuk anak-anaknya. Cahaya lampu minyak tanah menerangi wajah-wajah mereka, menciptakan suasana hangat dan penuh kasih sayang. Rumah itu, dengan bingkai kayu tua yang kokoh, menjadi tempat bernaung bagi keluarga Pak Harto. Di dalamnya, terukir kisah-kisah sederhana tentang cinta, kasih sayang, dan kebersamaan. Sebuah harmoni yang tercipta dari hati yang tulus dan ikatan keluarga yang tak terpisahkan.