Setelah Berikhtiar, Tawakal dan Refleksi Diri
Setelah seorang muslim berusaha (ikhtiar) semaksimal mungkin, langkah selanjutnya adalah tawakal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan penyerahan diri kepada Allah SWT setelah melakukan ikhtiar terbaik. Ini merupakan kunci penting dalam meraih keberhasilan, karena keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh usaha manusia semata, tetapi juga kehendak Allah SWT. Setelah berikhtiar dan bertawakal, penting untuk melakukan refleksi diri. Evaluasi proses ikhtiar yang telah dilakukan, apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki di masa mendatang. Refleksi ini akan membantu kita untuk terus berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik. Iman, dalam konteks Islam, adalah kepercayaan yang teguh dan keyakinan yang mendalam terhadap Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. Iman bukan hanya sekedar pengakuan lisan, tetapi juga terwujud dalam perilaku dan perbuatan sehari-hari. Iman yang kuat akan mendorong seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi larangan Allah SWT. Ma'rifatun bil qalbi (mengenal Allah dengan hati) adalah pemahaman dan penghayatan yang mendalam tentang Allah SWT melalui hati nurani. Ini bukan sekedar pengetahuan intelektual, tetapi pengalaman spiritual yang menyentuh jiwa. Ma'rifatun bil qalbi akan melahirkan rasa cinta, takwa, dan ketaatan yang tulus kepada Allah SWT. Sum'ah (pendengaran) dalam konteks ini merujuk pada kemampuan untuk mendengar dan memahami firman Allah SWT, baik melalui Al-Qur'an maupun sunnah Nabi Muhammad SAW. Sum'ah yang baik akan membantu kita untuk memahami kehendak Allah SWT dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sum'ah juga berarti mendengarkan nasihat dan petunjuk dari orang-orang yang bijak. Sikap hidup berfoya-foya, yaitu menghabiskan harta secara berlebihan tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang, berdampak negatif. Dampaknya antara lain: kemiskinan, hutang yang menumpuk, hilangnya kesempatan untuk beramal sholeh, dan terjerumus dalam perbuatan maksiat. Sikap hidup yang bijak dan hemat sangat penting untuk mencapai kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Menyisihkan sebagian harta untuk bersedekah dan membantu sesama juga merupakan bagian dari kehidupan yang seimbang dan berkah. Sikap hidup yang positif dan penuh syukur akan membawa kebahagiaan dan ketenangan hati.