Detik-Detik Panik Shani Saat Ria Pingsan di Pangkuannya **
Lampu panggung teater JKT48 meredup, pertunjukan telah usai. Shani Indira Natio, sang kakak, masih terpaku di atas panggung, matanya mencari sosok adiknya, Ria. Ria, yang biasanya ceria dan penuh semangat, tak terlihat di antara para member lainnya. Shani merasakan gelisah yang tak biasa. "Ria mana?" bisiknya kepada salah satu member, namun tak ada yang tahu keberadaan Ria. Shani mulai panik. Ia berlari ke belakang panggung, mencari adiknya di antara kerumunan. Hati Shani berdebar kencang, bayangan buruk mulai menghantuinya. "Ria!" teriaknya, suaranya bergetar. Seketika, ia melihat Ria terkulai lemas di sudut ruangan, wajahnya pucat pasi. Shani berlari menghampiri Ria, tubuhnya gemetar. Ia segera menopang tubuh Ria, yang terasa dingin dan lemas. "Ria, bangun! Ria!" Shani memanggil nama adiknya dengan suara bergetar. Namun, Ria tak kunjung membuka mata. Shani panik, ia tak tahu harus berbuat apa. Ia memanggil staf dan meminta bantuan. "Tolong panggil ambulans!" teriaknya, suaranya bercampur dengan kepanikan. Shani terus memeluk Ria, berharap adiknya segera siuman. Ia tak ingin kehilangan Ria, adiknya yang selalu menjadi sumber kebahagiaan dan semangatnya. Saat ambulans datang, Shani masih terpaku di samping Ria, tangannya menggenggam erat tangan adiknya. Ia berdoa agar Ria baik-baik saja. Shani tak ingin membayangkan apa yang akan terjadi jika Ria benar-benar kenapa-kenapa. Di dalam ambulans, Shani terus menatap Ria dengan penuh harap. Ia berbisik, "Semangat, Ria. Kakak selalu ada untukmu." Shani berharap, doa dan harapannya dapat membantu Ria melewati masa sulit ini. Catatan:** Cerita ini ditulis dengan fokus pada emosi Shani dan kepanikannya saat Ria pingsan. Cerita ini tidak bermaksud untuk menggambarkan kondisi medis yang sebenarnya, dan hanya bertujuan untuk menggambarkan momen menegangkan yang dialami Shani. Semoga cerita ini dapat memberikan gambaran tentang ikatan persaudaraan yang kuat antara Shani dan Ria.