Perlawanan Indonesia melawan penjajahan Jepang dan peran BPUPK dalam perjuangan kemerdekaa
Kekayaan alam Indonesia telah menarik perhatian bangsa-bangsa asing, termasuk Belanda dan Jepang. Penjajahan ini telah membawa penderitaan bagi rakyat Indonesia, yang kemudian memicu perlawanan fisik dan kedaerahan. Pada tahun 1908, era kebangkitan nasional dimulai, dan para pelajar Indonesia mulai melakukan perlawanan melalui berbagai kegiatan organisasi yang bersifat nasional. Selama era ini, tokoh-tokoh pejuang dan pendiri Negara Indonesia, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, mulai muncul. Pada tahun 1942, Jepang tiba di Indonesia dengan propaganda "Nippon Cahaya Asia," "Nippon Pelindung Asia," dan "Nippon Pemimpin Asia." Namun, kedatangan Jepang hanya membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Kondisi ini mendorong para tokoh pergerakan Indonesia untuk berusaha agar Indonesia segera merdeka. Mereka melakukan berbagai strategi, termasuk menjalin kerja sama dengan Jepang dan melakukan gerakan bawah tanah. Pada tanggal 8 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii, yang mengancam posisi mereka dalam Perang Pasifik. Akhir keberadaan penjajahan Jepang ditandai dengan pengeboman Kota Hiroshima dan Kota Nagasaki pada awal bulan Agustus 1945. Dalam posisi sulit dan tertekan ini, Jepang kembali menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Pada 7 September 1944, dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) yang ke-85 di Tokyo, Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap pemerintah Jepang bahwa daerah di Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan merdeka. Untuk membuktikan kesungguhannya, pada 27 April 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada, sebagai panglima tentara Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), yang disingkat BPUPK. BPUPK bertugas menyelidiki berbagai aspek terkait pembentukan Negara Indonesia yang merdeka, termasuk aspek politik, ekonomi, pemerintahan, dan lain-lain. BPUPK resmi didirikan pada tanggal 28 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In, Jalan Pejambon, Jakarta (sekarang Gedung Kementerian Luar Negeri). Pada peresmian itu, Jenderal Itagaki, sebagai Panglima Tentara Wilayah Kotiuh, hadir. BPUPK memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan keberadaannya merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan.