Elastisitas UUD 1945: Fleksibilitas dalam Perubahan
Konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, dikenal sebagai dokumen yang singkat namun elastis. Elastisitas UUD 1945 mengandung makna bahwa konstitusi tersebut dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman yang terus berubah. Hal ini tercermin dalam kemampuan UUD 1945 untuk mengalami perubahan materi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Landasan formal konstitusional dalam pembentukan Undang-Undang di Indonesia adalah UUD 1945. Sebagai landasan hukum tertinggi, UUD 1945 memberikan pijakan yang kuat bagi pembentukan undang-undang di negara ini. Dengan demikian, UUD 1945 memegang peranan kunci dalam menjaga konsistensi dan keberlanjutan sistem hukum di Indonesia. Prosedur perubahan UUD 1945 diatur dalam pasal 37 ayat (1-4). Salah satu ketentuan dalam prosedur perubahan UUD adalah usulan perubahan pasal UUD harus diajukan secara tertulis dan jelas, disertai dengan alasan yang mendukung. Selain itu, sidang MPR yang membahas perubahan UUD harus dihadiri oleh sejumlah anggota MPR yang mencukupi untuk mengambil keputusan yang sah. Dalam situasi darurat yang memaksa, Presiden memiliki kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk mengambil langkah cepat dan efektif dalam menghadapi situasi yang memerlukan tindakan mendesak, tanpa harus melalui proses panjang pembentukan undang-undang. Dengan demikian, elastisitas UUD 1945 memberikan fleksibilitas yang penting dalam menjaga keberlangsungan sistem hukum dan pemerintahan di Indonesia, sekaligus memastikan bahwa konstitusi dapat tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman.