Hukum Okun: Sebuah Analisis Terampak Krisis Ekonomi Global di Indonesi
<br/ >Hukum Okun, yang dinamakan setelah ekonom Arthur Okun, mengusulkan bahwa setiap kenaikan satu persen dalam tingkat pengangguran diharapkan akan menyebabkan penurunan sekitar dua hingga tiga persen dalam PDB riil. Sebaliknya, peningkatan satu persen dalam PDB riil diharapkan akan menurunkan tingkat pengangguran sekitar dua hingga tiga persen. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hubungan ini tidak selalu konsisten dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. <br/ >Studi yang dilakukan oleh Stibbs dan Stibbs (2014) menemukan bahwa Hukum Okun tidak selalu memiliki hubungan yang kuat di Indonesia. Mereka menggunakan data time series dari tahun 2000 hingga 2014 untuk menguji dampak krisis ekonomi global tahun 2008 terhadap Hukum Okun. Mereka membagi data menjadi dua periode: sebelum krisis (2000-2007) dan setelah krisis (2008-2014), dan menggunakan metode OLS untuk menganalisis data. <br/ >Hasil studi menunjukkan bahwa sebelum krisis, koefisien Okun di Indonesia bernilai negatif dan signifikan, yang menunjukkan bahwa Hukum Okun berlaku. Namun, setelah krisis, koefisien Okun tetap negatif tetapi tidak signifikan, menunjukkan bahwa Hukum Okun tidak lagi berlaku dengan kuat setelah krisis. Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien Okun dapat bervariasi di setiap negara dan periode waktu, dan bahwa efektivitas Hukum Okun dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. <br/ >Secara keseluruhan, Hukum Okun memberikan gambaran tentang hubungan antara tingkat pengangguran dan PDB riil. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hubungan ini tidak selalu konsisten dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan konteks ekonomi dan kondisi global saat menerapkan Hukum Okun dalam praktik.