Aliran Mu'tazilah: Argumen Mendukung Keyakinan Al-Qur'an Sebagai Makhluk
Aliran Mu'tazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang muncul pada abad ke-8 Masehi. Salah satu argumen utama yang mereka gunakan adalah keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Dalam artikel ini, akan dibahas argumen-argumen yang digunakan oleh aliran Mu'tazilah untuk mendukung pandangan mereka. Argumen pertama yang digunakan oleh aliran Mu'tazilah adalah bahwa Al-Qur'an dikatakan sebagai makhluk karena memiliki awal dan akhir. Mereka berpendapat bahwa jika Al-Qur'an adalah kitab yang abadi dan tidak memiliki awal dan akhir, maka itu berarti Al-Qur'an adalah Tuhan itu sendiri. Namun, Mu'tazilah percaya bahwa hanya Tuhan yang abadi dan tidak terbatas dalam waktu. Oleh karena itu, Al-Qur'an sebagai makhluk harus memiliki awal dan akhir, seperti ciptaan lainnya. Argumen kedua yang digunakan adalah bahwa Al-Qur'an adalah makhluk karena Al-Qur'an dapat dihafal, dipelajari, dan ditafsirkan oleh manusia. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa jika Al-Qur'an adalah Tuhan itu sendiri, maka manusia tidak boleh memiliki keterlibatan dalam memahami dan menginterpretasikan Al-Qur'an. Namun, kenyataannya, Al-Qur'an dapat dihafal dan dipelajari oleh manusia, dan setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang Al-Qur'an. Oleh karena itu, Mu'tazilah berpandangan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk yang dapat diakses dan dipahami oleh manusia. Argumen ketiga yang digunakan oleh aliran Mu'tazilah adalah bahwa Al-Qur'an adalah makhluk karena memiliki bahasa dan struktur yang dapat dipahami dan dipelajari oleh manusia. Mereka berpendapat bahwa jika Al-Qur'an adalah kitab yang diwahyukan langsung oleh Tuhan, maka bahasa dan strukturnya haruslah tidak dapat dipahami oleh manusia biasa. Namun, Al-Qur'an menggunakan bahasa Arab yang dapat dipahami oleh manusia dan memiliki struktur yang teratur dan koheren. Oleh karena itu, Mu'tazilah berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah makhluk yang menggunakan bahasa dan struktur yang dapat dipelajari oleh manusia. Argumen terakhir yang digunakan oleh aliran Mu'tazilah adalah bahwa Al-Qur'an adalah makhluk karena dapat diubah dan direvisi. Mereka berpendapat bahwa jika Al-Qur'an adalah Tuhan itu sendiri, maka tidak boleh ada perubahan atau revisi dalam Al-Qur'an. Namun, dalam sejarah, telah terjadi revisi dan pembaruan dalam teks Al-Qur'an. Oleh karena itu, Mu'tazilah berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah makhluk yang dapat diubah dan direvisi. Secara keseluruhan, aliran Mu'tazilah menggunakan argumen-argumen ini untuk mendukung pandangan mereka bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur'an memiliki awal dan akhir, dapat dihafal dan dipelajari oleh manusia, menggunakan bahasa dan struktur yang dapat dipahami, dan dapat diubah dan direvisi.