Cinta dalam Perjanjian Baru: Menjelajahi Makna 1 Yohanes 4:19
Dalam suratnya yang pertama kepada orang-orang percaya, Rasul Yohanes mengemukakan tema yang mendalam dan transformatif: cinta. Terutama dalam 1 Yohanes 4:19, ia menulis, "Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." Ayat yang tampaknya sederhana ini memiliki makna yang mendalam, mengungkap inti dari iman Kristen dan menawarkan panduan yang mendalam untuk menjalani kehidupan yang ditandai dengan kasih.
Kasih Allah sebagai Sumber Kasih Kita
Di inti dari 1 Yohanes 4:19 terletak pada kebenaran yang mendasar: kasih kita bukanlah hasil dari upaya kita sendiri, melainkan berasal dari kasih Allah yang tak terbatas dan tak bersyarat bagi kita. Kita mengasihi karena kita lebih dahulu dikasihi oleh Allah. Kasih ini bukanlah emosi yang cepat berlalu atau sentimen sentimental, melainkan kasih yang aktif, rela berkorban, dan transformatif yang terpancar dari sifat Allah sendiri.
Kasih Allah bagi kita bukanlah tanggapan atas kebaikan kita, melainkan tindakan anugerah ilahi yang diberikan secara cuma-cuma. Bahkan ketika kita masih berdosa dan jauh dari-Nya, Dia menunjukkan kasih-Nya kepada kita melalui pengorbanan Putra-Nya, Yesus Kristus, di kayu salib. Kasih ini yang menggerakkan, mengubah, dan memberdayakan kita untuk mengasihi orang lain.
Kasih sebagai Tanda Pengenal Orang Percaya
Yohanes dengan jelas menyatakan bahwa kasih bukanlah pilihan bagi orang Kristen, melainkan tanda pengenal yang esensial. Ia menulis, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih" (1 Yohanes 4:8). Kasih kita kepada orang lain menjadi bukti nyata dari realitas iman kita dan hubungan kita dengan Allah.
Kasih ini bukanlah konsep abstrak, melainkan tindakan nyata dan terukur yang kita tunjukkan dalam interaksi kita sehari-hari. Ini melibatkan menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita sendiri, mengampuni mereka yang telah menyakiti kita, dan menunjukkan kebaikan dan belas kasihan kepada semua orang, bahkan kepada musuh kita.
Kasih yang Sempurna Menghilangkan Rasa Takut
Salah satu hasil yang transformatif dari mengalami kasih Allah dan membagikannya dengan orang lain adalah dihilangkannya rasa takut. Yohanes menulis, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih" (1 Yohanes 4:18).
Ketika kita berakar dan dibangun di atas kasih Allah, kita dibebaskan dari rasa takut akan penghakiman, penolakan, atau ketidakpastian. Kasih-Nya memberi kita rasa aman, penerimaan, dan kepemilikan yang memungkinkan kita untuk mendekati orang lain dan Allah sendiri dengan keberanian dan keyakinan.
1 Yohanes 4:19 menyajikan pesan yang kuat dan transformatif tentang sifat kasih dalam kehidupan orang percaya. Ini mengingatkan kita bahwa kasih kita kepada orang lain adalah cerminan langsung dari kasih Allah yang telah kita terima. Saat kita menerima dan mengalami kasih-Nya yang tak terbatas dan tak bersyarat, kita diberdayakan untuk mengasihi orang lain dengan cara yang sama, menghancurkan rasa takut dan menunjukkan kepada dunia realitas iman kita. Kasih, yang berakar pada kasih Allah, menjadi tanda pengenal kita, kekuatan pendorong kita, dan kesaksian kita kepada dunia.