Mekanisme Degranulasi Basofil dan Dampaknya pada Reaksi Alergi
Basofil adalah granulosit yang bersirkulasi dalam darah dan berperan penting dalam respons imun bawaan terhadap patogen parasit dan reaksi alergi. Sel-sel ini ditandai dengan granula sitoplasma besarnya, yang mengandung mediator seperti histamin, heparin, dan leukotrien, yang dilepaskan selama degranulasi. Degranulasi basofil adalah proses pelepasan mediator inflamasi ini sebagai respons terhadap rangsangan tertentu, yang mengarah pada berbagai efek fisiologis yang berkontribusi terhadap patogenesis alergi.
Mekanisme Aktivasi Basofil
Aktivasi dan degranulasi basofil dapat dipicu oleh berbagai mekanisme, termasuk aktivasi IgE yang bergantung pada reseptor FcεRI, stimulasi alergen bivalen, dan aktivasi silang reseptor permukaan sel lainnya. Jalur yang paling dipahami dengan baik melibatkan pengikatan silang reseptor FcεRI oleh kompleks imunoglobulin E (IgE)-alergen. IgE adalah jenis antibodi yang mengikat alergen spesifik, seperti serbuk sari, tungau debu, atau racun, melalui reseptor Fc mereka. Ketika alergen mengikat silang dua atau lebih molekul IgE yang terikat pada FcεRI pada permukaan basofil, hal itu memulai kaskade pensinyalan intraseluler.
Kaskade Pensinyalan dalam Degranulasi Basofil
Kaskase pensinyalan yang dipicu oleh pengikatan silang FcεRI melibatkan aktivasi berbagai enzim dan molekul pensinyalan. Salah satu langkah awal yang penting adalah aktivasi tirosin kinase Lyn, yang memfosforilasi motif imunoreseptor berbasis tirosin aktivasi (ITAM) pada subunit β dan γ dari FcεRI. ITAM yang terfosforilasi berfungsi sebagai tempat dok untuk protein lain yang mengandung domain homologi 2 Src (SH2), seperti kinase yang terkait dengan rantai ζ yang mengandung domain protein tirosin kinase (ZAP-70). ZAP-70, pada gilirannya, memfosforilasi dan mengaktifkan molekul pensinyalan hilir, termasuk fosfolipase Cγ (PLCγ).
PLCγ menghidrolisis fosfatidilinositol 4,5-bifosfat (PIP2) menjadi dua molekul kurir kedua: inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG). IP3 berikatan dengan reseptornya pada retikulum endoplasma, menyebabkan pelepasan ion kalsium (Ca2+) ke dalam sitoplasma. Ca2+ intraseluler yang meningkat adalah peristiwa penting dalam degranulasi basofil, karena memicu serangkaian peristiwa, termasuk reorganisasi sitoskeletal, fusi granula, dan pelepasan mediator.
Peran Mediator Inflamasi
Mediator yang dilepaskan selama degranulasi basofil memberikan kontribusi yang signifikan terhadap gejala reaksi alergi. Histamin adalah amina vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan kontraksi otot polos. Ini bertanggung jawab atas gejala alergi awal, seperti gatal, kemerahan, dan pembengkakan. Heparin adalah glikosaminoglikan yang memiliki sifat antikoagulan, mencegah pembentukan gumpalan darah di lokasi peradangan. Leukotrien adalah mediator lipid yang merupakan vasodilator dan bronkokonstriktor yang kuat. Mereka berkontribusi pada fase reaksi alergi yang terlambat, menyebabkan penyempitan saluran napas yang berkepanjangan dan peradangan.
Implikasi Klinis Degranulasi Basofil
Degranulasi basofil adalah proses yang diatur secara ketat yang memainkan peran penting dalam respons imun. Namun, degranulasi basofil yang berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan berbagai kondisi patologis, termasuk alergi, asma, dan anafilaksis. Pada reaksi alergi, degranulasi basofil dipicu oleh paparan alergen jinak, yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang berlebihan. Mediator ini menyebabkan berbagai gejala, mulai dari gangguan ringan hingga reaksi yang mengancam jiwa.
Sebagai kesimpulan, degranulasi basofil adalah proses kompleks yang melibatkan serangkaian langkah pensinyalan intraseluler yang mengarah pada pelepasan mediator inflamasi. Mediator ini, termasuk histamin, heparin, dan leukotrien, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap patogenesis reaksi alergi. Memahami mekanisme degranulasi basofil sangat penting untuk mengembangkan strategi terapeutik baru untuk mencegah dan mengobati alergi dan gangguan terkait lainnya.