Periode Ketiga Abad 1 Hijriah: Masa Penyebaran dan Perkembangan Hadis
Pada periode ketiga abad 1 Hijriah, yang dikenal sebagai 'Asr Intisyār ar-Riwayah "lami-Amsar' (masa tersebarnya periwayatan hadis ke berbagai negeri), terjadi penyebaran hadis ke seluruh wilayah Jazirah Arab. Pada masa ini, penyebaran Islam sudah mencapai Syam, Trak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun 93 H sudah ke Konsekuensi dari perluasan tersebut, sebagian sahabat besar pun ditugaskan untuk menduduki jabatan pemerintahan di kota-kota tersebut yang juga berpengaruh pada penyebaran Hadis. Ada tiga hal yang menyebabkan umat Islam pada periode ini mulai memperhatikan kajian hadis. Pertama, telah dibukukannya Al-Qur'an secara resmi oleh Khalifah Usman bin Affan tanpa ada perselisihan di antara para sahabat tentang keakurantannya. Kedua, kompleksitas permasalahan yang mereka hadapi seiring dengan meluasnya wilayah Islam memerlukan petunjuk yang lebih banyak dari hadis Nabi saw., di samping Al-Qur'an. Ketiga, banyaknya sahabat besar yang meninggal dunia, sementara masih banyak yang hidup terpencar ke berbagai pelosok Jazirah Arab. Hal itu memaksa para sahabat kecil dan tabi'in besar yang ingin mengetahui hadis-hadis mendatangi mereka untuk menanyakan hadis-hadis yang pernah mereka peroleh dari Rasulullah saw. Meskipun demikian, pada periode ini dan periode Khulafaur Rasyidin, kaum muslimin masih berpegangan pada pendapat bahwa penulisan sesuatu selain Al-Qur'an, termasuk hadis, adalah terlarang karena dapat memalingkan umat dari selain Al-Qur'an. Oleh karena itu, kaum muslimin memilih menyebarkan hadis melalui metode hafalan yang ditransmisikan dari mulut ke mulut, baik secara lafiah maupun maknawiyah. Namun, para sahabat dan para tabi'in sangat berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis. Hal itu dapat dimengerti karena faktor politik yang menyebabkan umat Islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa. Dalam periode ini, terjadi penyebaran periwayatan hadis ke seluruh wilayah Jazirah Arab, sekaligus perlawatan keilmuan dalam rangka menelusuri hadis. Meskipun penulisan hadis belum umum dilakukan, namun para sahabat dan tabi'in berperan penting dalam menyebarkan dan menjaga keaslian hadis-hadis tersebut.