Pembentukan Kabinet Kerja dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara di Indonesi
Pada tahun 1959, Indonesia menghadapi krisis politik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya untuk mengatasi krisis ini, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden yang mengimplementasikan konsep Demokrasi Terpimpin. Melalui Staatsnoodrecht, hukum negara dikecualikan dalam keadaan bahaya perang. Sehari setelah Dekret Presiden, Perdana Menteri Djuanda mengembalikan mandatnya kepada Soekarno dan Kabinet Karya dibubarkan. Pada tanggal 10 Juli 1959, Soekarno mengumumkan kabinet baru yang dikenal sebagai Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini, Soekarno bertindak sebagai perdana menteri, sementara Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua orang wakil, yaitu dr. Leimena dan dr. Subandrio. Kabinet ini terdiri dari sembilan menteri dan dua puluh empat menteri muda. Berbeda dengan kabinet sebelumnya, Kabinet Kerja tidak melibatkan para ketua partai besar, sehingga dapat dikatakan sebagai kabinet non-partai. Namun, kabinet ini mengikutsertakan para kepala staf angkatan, kepala kepolisian, dan jaksa agung sebagai menteri negara ex officio. Program kabinet meliputi penyelenggaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan peningkatan standar hidup rakyat. Pembentukan kabinet kemudian diikuti oleh pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang langsung diketuai oleh Presiden Soekarno, dengan Roeslan Abdulgani sebagai wakil ketuanya. DPAS bertugas menjawab pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1959, tertanggal 22 Juli 1959. Anggota DPAS dilantik pada tanggal 15 Agustus 1959, dengan komposisi berjumlah 45 orang, termasuk 12 orang wakil golongan politik, 8 orang wakil/utusan daerah, 24 orang wakil golongan karya/fungsional, dan satu orang wakil ketua. Pada tanggal 17 Agustus 1959, dalam pidato peringatan kemerdekaan RI, Presiden Soekarno menafsirkan pengertian demokrasi terpimpinnya. Dalam pidato tersebut, Presiden Soekarno menguraikan ideologi Demokrasi Terpimpin yang mencakup revolusi, gotong royong demokrasi, dan anti-imperialisme. Pembentukan Kabinet Kerja dan DPAS merupakan langkah penting dalam mengimplementasikan konsep Demokrasi Terpimpin dan mengatasi krisis politik di Indonesia.