Senyum di Balik Kaca **
** Matahari pagi menyinari wajah Rara, gadis kecil yang duduk di tepi jalan, tangannya menggenggam erat sebuah kotak kayu kecil. Ia tersenyum, meskipun matanya berkaca-kaca. Setiap hari, Rara duduk di tempat yang sama, menawarkan jasa mengasah pisau dan gunting kepada para pedagang di pasar tradisional. Rara bukanlah anak yang biasa. Ia memiliki keterbatasan fisik, kakinya lumpuh sejak kecil. Ia hanya bisa duduk dan bergerak dengan kursi roda. Namun, semangatnya tak pernah padam. Ia belajar mengasah pisau dan gunting dari ayahnya, seorang tukang asah keliling yang meninggal beberapa tahun lalu. "Mau diasah, Pak?" tanyanya dengan suara lembut kepada seorang pedagang sayur. "Iya, Nak. Asah yang tajam ya," jawab pedagang itu sambil menyerahkan pisau dapur miliknya. Rara menerima pisau itu dengan tangan gemetar. Ia membuka kotak kayu kecilnya, mengeluarkan batu asah dan alat-alat lainnya. Dengan cekatan, ia mengasah pisau itu hingga tajam. "Sudah, Pak. Ini pisau Bapak," kata Rara sambil menyerahkan pisau yang telah diasah. Pedagang itu tersenyum dan memberikan uang kepada Rara. "Terima kasih, Nak. Asahanmu bagus sekali." Rara tersenyum lebar. Ia senang bisa membantu orang lain. Meskipun ia memiliki keterbatasan, ia tetap bisa berkontribusi dan mendapatkan penghasilan sendiri. Hari demi hari, Rara terus mengasah pisau dan gunting di pasar. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, ramah, dan pekerja keras. Para pedagang di pasar pun menyayanginya. Mereka sering membelikan Rara makanan dan minuman. Suatu hari, seorang wanita muda bernama Maya datang ke pasar. Ia melihat Rara sedang mengasah pisau. Ia terkesima dengan semangat Rara. "Hai, Dek. Kamu hebat sekali bisa mengasah pisau," kata Maya. "Terima kasih, Mbak," jawab Rara. "Kamu sekolah, Dek?" tanya Maya. "Dulu pernah, Mbak. Tapi sekarang saya harus membantu Ibu di rumah," jawab Rara. Maya merasa iba mendengar cerita Rara. Ia tergerak untuk membantu Rara. "Dek, aku ingin membantumu. Aku punya ide," kata Maya. Maya kemudian mengajak Rara ke rumahnya. Ia mengajarkan Rara cara membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang. Rara sangat antusias belajar. Ia memiliki bakat terpendam dalam membuat kerajinan tangan. Maya kemudian membantu Rara menjual kerajinan tangannya di pasar. Kerajinan tangan Rara sangat diminati oleh para pengunjung pasar. Rara pun semakin semangat. "Terima kasih, Mbak. Berkat Mbak, saya bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak," kata Rara. "Sama-sama, Dek. Aku senang bisa membantumu," jawab Maya. Rara dan Maya kemudian menjadi sahabat. Mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain. Rara semakin percaya diri dan bahagia. Ia tidak lagi merasa terbebani oleh keterbatasannya. Kisah Rara mengajarkan kita bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Dengan semangat dan tekad yang kuat, kita bisa mengatasi segala rintangan dan meraih kesuksesan. Rara, gadis kecil dengan senyum di balik kaca, membuktikan bahwa semangat dan kebaikan hati bisa mengubah hidup.