Perdagangan Portugis di Indonesia: Sebuah Perjalanan Menuju Kekayaan Laut dan Rempah-rempah
Pendahuluan: Pada tahun 1511, Portugis pertama kali tiba di Indonesia, memulai perjalanan mereka ke negara yang kaya akan hasil laut dan rempah-rempah. Malaka, pusat perdagangan yang paling ramai di Asia, menjadi pusat perhatian mereka. Dalam buku Suma Oriental, Tome Pires menggambarkan Malaka sebagai pusat perdagangan yang lebih besar dari semua tempat lain di dunia timur dan barat. Bagian 1: Menguasai Malaka dan Monopoli Cengkeh Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirimkan armada ke Maluku, membangun monopoli perdagangan cengkeh. Cengkeh dari Indonesia Timur adalah komoditas yang paling berharga, dan armada pertama Portugis mendarat di Pulau Banda, Maluku, yang merupakan pusat penghasil pala dan selaput buah pala atau sering disebut fuli. Bagian 2: Mempersluas Wilayah Kekuasaan Portugis Dalam rangka memperbesar usaha dagang mereka, Portugis berusaha memperluas wilayah kekuasaan mereka. Mereka kemudian menguasai Selat Sunda, memungkinkan mereka untuk mengontrol perdagangan di antara Samudra Hindia dan Laut China Selatan. Pada tahun 1522, Portugis dan Raja Sunda, Sang Hyang Prabu Surawisesa, menandatangani perjanjian kerjasama, memberikan izin kepada Portugis untuk mendirikan benteng di daerah yang disebut "Kepala" dengan syarat memberikan perlindungan kepada Kerajaan Sunda dari kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Bagian 3: Kesepakatan yang Tidak Terwujud dan Tahun-tahun yang Sulit Namun, kesepakatan tersebut tidak pernah terwujud. Pada tahun 1526, armada Portugis yang dipimpin oleh Fransisco de Saa dihantam topan. Beberapa dari mereka yang selamat kemudian mendarat di Sunda Kepala, tetapi dibunuh oleh Pasukan Cirebon. Perjanjian kerjasama tersebut tidak pernah terwujud, dan Portugis harus menghadapi tantangan baru dalam memperluas kekuasaan mereka di Indonesia. Kesimpulan: Perdagangan Portugis di Indonesia adalah perjalanan yang penuh dengan keberanian, ketegangan, dan keberhasilan. Mereka memulai dengan menguasai Malaka, pusat perdagangan yang paling ramai di Asia, dan membangun monopoli perdagangan cengkeh. Mereka juga berusaha memperluas wilayah kekuasaan mereka, menguasai Selat Sunda dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan Raja Sunda. Namun, kesepakatan tersebut tidak pernah terwujud, dan Portugis harus menghadapi tantangan baru dalam memperluas kekuasaan mereka di Indonesia.