Bangkitnya Nasionalisme Indonesia Pasca-1908: Peran Kaum Terpelajar
Perjuangan Indonesia melawan kolonialisme Belanda mengalami pergeseran signifikan setelah tahun 1908. Sebelum tahun tersebut, perlawanan lebih banyak dipimpin oleh tokoh-tokoh agama, bangsawan, dan raja-raja lokal. Namun, pasca-Sumpah Pemuda, perjuangan diwarnai oleh munculnya pergerakan nasional yang digerakkan oleh kaum terpelajar. Perubahan ini merupakan titik balik penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kaum terpelajar, yang sebagian berasal dari kalangan bangsawan namun telah mendapatkan pendidikan modern, menjadi motor penggerak organisasi-organisasi pergerakan nasional. Munculnya mereka tak lepas dari dampak Politik Etis pemerintah Hindia Belanda. Meskipun awalnya bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja murah, pendidikan yang diberikan justru melahirkan generasi cendekiawan yang menyadari penjajahan dan berjuang untuk kemerdekaan. Tokoh-tokoh seperti dr. Soetomo, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Soekarno, Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan memicu kesadaran nasional dan melahirkan pemimpin-pemimpin pergerakan yang efektif. Mereka mampu mengorganisir massa, merumuskan ideologi, dan mengarahkan perjuangan menuju kemerdekaan, menandai babak baru yang lebih terorganisir dan terarah dalam melawan kolonialisme. Peran kaum terpelajar ini menjadi bukti bahwa pendidikan, meskipun dengan tujuan awal yang berbeda, dapat menjadi katalisator perubahan besar dalam sejarah suatu bangsa. Ini memberikan inspirasi bahwa akses pendidikan yang merata dan berkualitas sangat penting untuk kemajuan dan kemerdekaan suatu bangsa.