Masa Pemerintahan B.J. Habibie: Reformasi dan Perubahan
Pendahuluan: Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, terjadi perubahan signifikan dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia dan menghapuskan dwifungsi ABRI. Bagian: ① Kabinet Reformasi Pembangunan: Pada 22 Mei 1998, B.J. Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan dengan tujuan memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain rekapitalisasi perbankan, likuidasi bank-bank yang bermasalah, peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan merekonstruksi perekonomian Indonesia. Selain itu, dilakukan juga reformasi ekonomi yang diberikan oleh IMF kepada Indonesia. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang parah. Untuk mengatasi hal ini, Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara. Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan rekapitalisasi perbankan, dengan tujuan menguatkan sektor perbankan yang saat itu sedang mengalami kesulitan. Selain itu, dilakukan juga likuidasi bank-bank yang bermasalah, sebagai upaya untuk membersihkan sektor perbankan dari lembaga yang tidak sehat. Selain itu, Habibie juga melakukan peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar, sebagai upaya untuk mengurangi tekanan inflasi dan memperbaiki daya saing ekonomi Indonesia. Selain itu, dilakukan juga rekonstruksi perekonomian Indonesia, dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, Habibie juga melaksanakan reformasi ekonomi yang diberikan oleh IMF kepada Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki struktur ekonomi negara. ② Pemisahan Kepolisian dari ABRI: Pada 5 Mei 1999, B.J. Habibie mengeluarkan kebijakan pemisahan institusi Kepolisian Republik Indonesia dari ABRI. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap tuntutan untuk menghapuskan dwifungsi ABRI. Selanjutnya, dilakukan juga pengurangan kursi ABRI di DPR. Selama masa Orde Baru, ABRI memiliki fungsi ganda sebagai institusi militer dan kepolisian. Namun, hal ini menuai kontroversi dan tuntutan agar dwifungsi ABRI dihapuskan semakin meningkat. Pada 5 Mei 1999, Habibie mengeluarkan kebijakan pemisahan institusi Kepolisian Republik Indonesia dari ABRI. Langkah ini bertujuan untuk memisahkan fungsi militer dan kepolisian, sehingga masing-masing institusi dapat fokus pada tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu, dilakukan juga pengurangan kursi ABRI di DPR, sebagai langkah untuk mengurangi pengaruh politik ABRI dalam proses pembuatan kebijakan negara. ③ Sidang Istimewa MPR: Pada 10-13 November 1998, diadakan sidang istimewa MPR yang menghasilkan 12 ketetapan untuk melaksanakan agenda reformasi. Beberapa ketetapan tersebut adalah amandemen UUD 1945, pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden maksimal dua periode pemerintahan, dan perubahan terhadap status Pancasila sebagai asas tunggal berbangsa dan bernegara. Untuk melaksanakan agenda reformasi, Habibie mengadakan sidang istimewa MPR pada 10-13 November 1998. Sidang ini menghasilkan 12 ketetapan yang menjadi dasar pelaksanaan reformasi di Indonesia. Salah satu ketetapan yang dihasilkan adalah amandemen UUD 1945, sebagai upaya untuk memperkuat demokrasi dan melindungi hak-hak rakyat. Selain itu, dilakukan juga pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden maksimal dua periode pemerintahan, sebagai langkah untuk mencegah terjadinya kekuasaan yang berle