Konsep Kebudayaan: Perdebatan dan Batasan Pengertian
Masalah paling mendasar yang sering dihadapi dalam memahami kebudayaan adalah ketidaksepakatan di kalangan para pakar mengenai konsep kebudayaan. Hingga saat ini, perdebatan mengenai konsep kebudayaan belum berakhir dan batasan pengertian tentang kebudayaan pun menjadi semakin bervariasi.
Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris berasal dari kata keria dalam bahasa Latin colere yang berarti bercocok tanam (cultivation). Di kalangan pemeluk agama Kristen, istilah cultura juga dapat diartikan sebagai ibadah atau pemulian (worship). Di Indonesia sendiri, masih terjadi perbedaan pandangan mengenai asal-muasal istilah kebudayaan. Salah satu pendapat menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal. Ada juga yang berpendapat bahwa kata budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk "budi-daya" yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa.
Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa ada kemungkinan kata kebudayaan berasal dari kata abhudaya dalam bahasa Sanskerta. Perubahan bentuk kata abhudaya menjadi budaya dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum-hukum filologi aphaeresis dan syncope.
Perdebatan paling mutakhir mengenai kata kebudayaan di kalangan para ilmuwan antropologi terjadi pada tahun 1999. Ketika itu, Amri Marzali, Parsudi Suparlan, Heddy Shri Ahimsa, dan Bachtiar Alam terlibat dalam perdebatan sengit mengenai penggunaan kata budaya dan kebudayaan sebagai kata benda atau kata sifat.
Konsep kebudayaan pertama kali dikembangkan oleh para pakar antropologi menjelang akhir abad ke sembilan belas. Definisi pertama yang jelas dan komprehensif diajukan oleh ahli antropologi Inggris, Sir Edward Burnett Tylor. Pada tahun 1871, Tylor mengemukakan definisi kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusastraan, hukum, adat istiadat, keterampilan, dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sejak itu, seiring dengan berkembangnya pengetahuan mengenai kebudayaan, muncul ratusan pembaruan konsep kebudayaan dari berbagai perspektif bidang keilmuan. Sampai dengan tahun 1952, A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya 'Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions' telah berhasil mengidentifikasi dan menginventarisasi 179 batasan konsep kebudayaan dalam upaya mereka merumuskan kembali konsep kebudayaan secara lebih sistematis. Dalam buku tersebut, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku dan tingkah laku berpola yang diperoleh dan ditransmisikan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda material.
Dalam kesimpulan, perdebatan mengenai konsep kebudayaan masih berlanjut hingga saat ini. Para pakar antropologi terus mengembangkan dan memperbarui pemahaman mereka tentang kebudayaan. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai asal-muasal kata kebudayaan, semua definisi sepakat bahwa kebudayaan melibatkan pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat istiadat, dan pola tingkah laku yang diperoleh dan ditransmisikan melalui simbol.