Senja di Kamar Ria **
** Sinar senja menerobos celah gorden kamar Ria, menyapa meja belajarnya yang dipenuhi buku dan kertas. Ria, anak sulung dari keluarga Natio, tengah asyik mengerjakan tugas sekolahnya. Konsentrasinya tertuju pada buku pelajaran di hadapannya, jari-jari lentiknya menari-nari di atas pena, menorehkan tinta hitam di atas kertas putih. Tiba-tiba, pintu kamar Ria terbuka dengan sedikit derit. Tiga kepala kecil mengintip dari balik pintu, mata mereka berbinar-binar. Gracia, Feni, dan Shani, adik-adik Ria, bergantian memanggil nama Ria dengan suara yang penuh semangat. "Kak Ria, makan malam!" seru Gracia, yang paling kecil di antara mereka. Ria menghela napas, sedikit jengkel karena konsentrasinya terganggu. Namun, melihat wajah-wajah polos adik-adiknya, senyum pun terukir di bibirnya. "Sebentar ya, sayang. Kakak lagi ngerjain tugas," jawab Ria lembut. "Cepetan ya, Kak! Mama udah masak ayam goreng kesukaan Ria!" sahut Feni, matanya berbinar-binar. Ria tersenyum, hatinya luluh mendengar rayuan adik-adiknya. Ia pun menutup buku pelajarannya dan beranjak dari kursi. "Ayo, kita makan malam!" ajak Ria, tangannya meraih tangan Gracia dan Feni. Shani, yang paling pendiam di antara mereka, hanya mengangguk dan mengikuti Ria dengan langkah kecil. Saat mereka berempat berjalan keluar kamar, Ria merasakan kebahagiaan yang sederhana. Ia bersyukur memiliki adik-adik yang selalu membuatnya merasa dicintai dan dihargai. Meskipun terkadang mereka mengganggu konsentrasinya, Ria tahu bahwa mereka hanya ingin menghabiskan waktu bersama. Senja di kamar Ria, meskipun terganggu oleh kehadiran adik-adiknya, tetap terasa hangat dan penuh makna. Ria menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletak pada momen-momen sederhana bersama orang-orang yang dicintai.