Bromo dan Ledakan Kegembiraan **
** Bromo, dengan wajah masam, melangkah keluar dari ruang rapat. Ia tak habis pikir, mengapa para guru begitu antusias membahas perayaan ulang tahun sekolah. Baginya, itu adalah pemborosan waktu dan energi. Lebih baik ia menghabiskan waktu bersama istri tercinta, menonton serial kartun kesukaannya, "My Little Pony". Namun, takdir berkata lain. Suara ledakan menggelegar menggema di seluruh gedung sekolah. Bromo terpaku, jantungnya berdebar kencang. Ia segera berlari menuju sumber suara, rasa penasaran mengalahkan amarahnya. Di sana, kelas 11R tampak seperti medan perang. Tembok kelas runtuh, buku-buku berserakan, dan para siswa berlarian dengan riang, tertawa terbahak-bahak. Ternyata, mereka telah meledakkan bahan kimia yang mereka temukan di laboratorium, hanya untuk bersenang-senang. Bromo menggelengkan kepala, tak percaya dengan tingkah laku para siswa. "Sudah kubilang! Meninggalkan para monster ini sendirian bisa berbahaya!" gumamnya dalam hati. Namun, melihat para guru yang panik dan sibuk menenangkan para siswa, Bromo merasa iba. Ia pun menghampiri mereka, menawarkan bantuan. "Baiklah, baiklah. Aku akan membantu kalian membersihkan kekacauan ini," katanya, dengan nada yang masih sedikit kesal. Bromo, dengan wajah masam, mulai membersihkan puing-puing kelas. Ia tak bisa menyembunyikan rasa kesal, namun ia tetap membantu para guru. Dalam hati, ia bergumam, "Cih, lebih baik aku menonton My Little Pony bersama istriku." Namun, di balik rasa kesalnya, Bromo merasakan sedikit kegembiraan. Ia merasa, meskipun para siswa ini nakal, mereka tetaplah anak-anak yang penuh semangat dan keceriaan. Mungkin, perayaan ulang tahun sekolah bukanlah hal yang sia-sia. Bromo pun ikut tertawa bersama para siswa, melupakan rasa kesalnya. Ia menyadari, bahwa terkadang, sedikit kekacauan dan kegembiraan bisa membuat hidup lebih berwarna.