Peran 'Leres Mboten' dalam Membangun Komunikasi Efektif
Orang Jawa dikenal dengan budaya andhap asor, sebuah sikap hidup yang menjunjung tinggi kerendahan hati dan kesopanan. Dalam budaya ini, "leres mboten" bukan sekadar ungkapan, melainkan sebuah falsafah komunikasi yang efektif. Ungkapan ini, yang secara harfiah berarti "benar atau tidak," mencerminkan sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat dan kesediaan untuk mendengarkan.
Menumbuhkan Rasa Hormat dan Empati dalam Komunikasi
"Leres mboten" merupakan wujud penghormatan terhadap lawan bicara. Alih-alih langsung menyanggah atau mengkritik, ungkapan ini membuka ruang dialog yang setara. Penggunaan "leres mboten" menunjukkan bahwa kita menghargai pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan pandangan kita. Sikap saling menghargai ini merupakan pondasi penting dalam membangun komunikasi yang efektif.
Mendorong Dialog Terbuka dan Jujur
Dalam suasana yang dipenuhi rasa hormat, lawan bicara akan merasa lebih nyaman untuk menyampaikan pendapatnya secara terbuka dan jujur. "Leres mboten" menciptakan ruang aman untuk berdialog, di mana setiap pihak bebas berekspresi tanpa takut dihakimi. Kejujuran dan keterbukaan ini akan menumbuhkan rasa saling percaya, yang pada gilirannya akan memperlancar proses komunikasi.
Menghindari Konflik dan Membangun Kesepahaman
Penggunaan "leres mboten" dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan pendapat. Ungkapan ini menunjukkan bahwa kita tidak selalu harus sepakat, namun tetap bisa menghargai perbedaan. Dengan fokus pada pencarian solusi dan kesepahaman, komunikasi akan berjalan lebih efektif dan produktif.
Memperkuat Hubungan Interpersonal
"Leres mboten" bukan hanya tentang komunikasi verbal, tetapi juga tentang membangun dan memperkuat hubungan interpersonal. Ungkapan ini mencerminkan sikap rendah hati, kesediaan untuk belajar dari orang lain, dan keterbukaan terhadap perspektif baru. Semua elemen ini merupakan kunci dalam membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
"Leres mboten" adalah cerminan kearifan lokal yang relevan dengan dinamika komunikasi masa kini. Penerapan falsafah ini dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat, akan menciptakan budaya komunikasi yang lebih efektif, harmonis, dan penuh pengertian.