Peran DPR-GR dalam Membentuk Negara Indonesi
DPR-GR, atau Dewan Perwakilan Rakyat - Dewan Perwakilan Rakyat, merupakan lembaga legislatif tertinggi di Indonesia. Didirikan pada tahun 1960, DPR-GR memiliki peran penting dalam membentuk negara Indonesia dan mengimplementasikan amanat penderitaan rakyat. Pada saat pelantikan anggotanya pada tanggal 25 Juni 1960, DPR-GR memiliki 283 anggota, terdiri dari 130 wakil partai dan 153 wakil golongan fungsional. DPR-GR bertugas untuk melaksanakan Manipol dan Demokrasi Terpimpin, serta memberikan kontribusi tenaga kepada Presiden dalam menjalankan tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh MPRS. Pembubaran DPR hasil pemilu pada awalnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, termasuk pimpinan NU dan PNI. Tokoh NU, seperti K.H. Wahab Chasbullah, Rais Aam NU, awalnya menolak pembubaran DPR hasil pemilu 1955 dan mengancam untuk menarik pencalonan anggotanya untuk DPR-GR. Namun, setelah kursi NU dalam DPR-GR ditambah, sikap ini berubah. NU akhirnya menolak kabinet Nasakom dan menolak kerjasama dengan PKI. Tokoh dari kalangan PNI, seperti Mr. Sartono dan Mr. Iskaq Tjokroadisurjo, juga menolak kebijakan Presiden Soekarno. Mereka merasa prihatin terhadap perkembangan yang ada dan menyatakan bahwa anggota PNI yang duduk dalam DPR-GR bukanlah wakil PNI. Mereka yang duduk dalam DPR-GR adalah hasil penunjukan, dan hubungan mereka dengan PNI sudah tidak ada lagi. Sikap tokoh partai ini bervariasi, dan mereka yang menolak pembubaran DPR-GR bergabung dalam suatu kelompok yang disebut Liga Demokrasi. Kelompok ini terdiri dari tokoh partai NUasyumi, Partai Katolik, Parkindo, IPKI, dan PSII, serta beberapa panglima daerah yang memberikan dukungan. Liga Demokrasi ini mengusulkan untuk penangguhan pembentukan DPR-GR. Namun, Liga Demokrasi ini kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno. Tindakan Presiden Soekarno lainnya dalam menegakkan Demokrasi Terpimpin adalah membentuk lembaga negara baru yang disebut Front Nasional. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 13 tahun 1959. Front Nasional bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai elemen bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Dalam kesimpulannya, DPR-GR memainkan peran penting dalam membentuk negara Indonesia dan mengimplementasikan amanat penderitaan rakyat. Meskipun pembubaran DPR hasil pemilu pada awalnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, DPR-GR tetap bertahan dan menjadi lembaga legislatif tertinggi di Indonesia. Dengan membentuk Front Nasional, Presiden Soekarno berhasil menegakkan Demokrasi Terpimpin dan mengintegrasikan berbagai elemen bangsa dalam mencapai tujuan nasional.