Bagaimana Teori Bruner Mempengaruhi Desain Kurikulum?
Teori Jerome Bruner, seorang psikolog perkembangan terkemuka, telah memberikan pengaruh yang mendalam pada desain kurikulum di seluruh dunia. Pandangannya tentang pembelajaran, yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan, telah membentuk pendekatan pedagogis yang berpusat pada siswa dan berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana teori Bruner telah membentuk desain kurikulum, dengan fokus pada tiga prinsip utamanya: spiral curriculum, discovery learning, dan scaffolding.
Teori Bruner menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa. Ia percaya bahwa siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran, membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi. Prinsip-prinsip utamanya, yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini, telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap desain kurikulum yang lebih efektif dan berpusat pada siswa.
Spiral Curriculum
Salah satu kontribusi utama Bruner terhadap desain kurikulum adalah konsep spiral curriculum. Prinsip ini menyatakan bahwa materi pelajaran harus disajikan secara berulang, dengan tingkat kompleksitas yang meningkat secara bertahap. Dengan kata lain, konsep-konsep dasar diperkenalkan pada tingkat awal, kemudian diulang dan diperluas pada tingkat yang lebih tinggi. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik dengan membangun pengetahuan mereka secara bertahap.
Contoh penerapan spiral curriculum dalam desain kurikulum dapat dilihat dalam pembelajaran matematika. Konsep dasar seperti penjumlahan dan pengurangan dapat diperkenalkan di kelas awal, kemudian diulang dan diperluas dengan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti perkalian dan pembagian di kelas yang lebih tinggi. Dengan cara ini, siswa dapat membangun pemahaman yang lebih kuat tentang matematika dengan membangun pengetahuan mereka secara bertahap.
Discovery Learning
Bruner juga menekankan pentingnya discovery learning, di mana siswa didorong untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi dan penyelidikan. Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan belajar yang mendukung dan mendorong siswa untuk menemukan jawaban mereka sendiri.
Discovery learning dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran sains, siswa dapat melakukan eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip ilmiah. Dalam pembelajaran sejarah, siswa dapat meneliti sumber-sumber primer untuk memahami peristiwa sejarah. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Scaffolding
Prinsip scaffolding, yang dikembangkan oleh Bruner, menekankan pentingnya dukungan yang diberikan kepada siswa saat mereka belajar. Scaffolding melibatkan penyediaan bantuan dan panduan yang diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas yang menantang. Bantuan ini secara bertahap dikurangi saat siswa menjadi lebih kompeten.
Contoh penerapan scaffolding dalam desain kurikulum dapat dilihat dalam pembelajaran menulis. Guru dapat memberikan siswa kerangka kerja atau panduan untuk membantu mereka menulis esai. Saat siswa menjadi lebih mahir, dukungan ini dapat dikurangi secara bertahap, memungkinkan mereka untuk menulis esai secara mandiri.
Kesimpulan
Teori Bruner telah memberikan pengaruh yang mendalam pada desain kurikulum, dengan menekankan pentingnya pembelajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa. Prinsip-prinsip utamanya, seperti spiral curriculum, discovery learning, dan scaffolding, telah membentuk pendekatan pedagogis yang berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, desain kurikulum dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan mendukung, yang memungkinkan siswa untuk mencapai potensi penuh mereka.