Pertemuan Tak Terduga dengan Orang Bunian **
Sore itu, mentari mulai meredup, menandakan waktu Maghrib semakin dekat. Aku sedang asyik berjualan Yakult di sebuah pasar tradisional. Anak-anakku, yang biasanya bermain di rumah, hari ini ikut bersamaku. Mereka berlarian riang di antara kios-kios, sesekali memanggilku untuk membeli jajanan. Tiba-tiba, suasana pasar berubah hening. Angin berhembus sepoi-sepoi, membawa aroma tanah basah. Anak-anakku berhenti bermain, matanya tertuju pada sebuah pohon besar di ujung pasar. Mereka berbisik, "Ibu, lihat! Ada orang di sana!" Aku menoleh, penasaran. Di bawah pohon besar itu, berdiri tiga sosok mungil dengan pakaian berwarna hijau lumut. Mereka memiliki wajah yang cantik, dengan rambut panjang yang terurai. Namun, ada sesuatu yang aneh pada mereka. Matanya berbinar-binar, seperti mata kucing di malam hari. Anak-anakku semakin ketakutan. Mereka berpegangan erat pada rokku, wajah mereka pucat pasi. Aku mencoba menenangkan mereka, "Tenang, Nak. Mungkin hanya orang biasa." Namun, rasa takutku sendiri mulai muncul. Aku pernah mendengar cerita tentang orang Bunian, makhluk halus yang suka menculik anak-anak. Apakah mereka yang sedang berdiri di bawah pohon itu? Aku menarik anak-anakku mendekat, lalu berbisik, "Kita pulang sekarang, ya." Saat kami beranjak pergi, ketiga sosok mungil itu menghilang begitu saja. Aku merasa bulu kudukku berdiri. Apakah itu hanya halusinasi? Atau memang benar-benar orang Bunian? Sejak hari itu, aku selalu berhati-hati saat anak-anakku bermain di sore hari. Aku selalu mengingatkan mereka untuk tidak bermain terlalu jauh dari rumah, dan untuk segera pulang saat matahari mulai terbenam. Pertemuan tak terduga dengan orang Bunian itu menjadi pelajaran berharga bagiku. Aku belajar untuk selalu waspada dan menjaga anak-anakku dengan baik. Aku juga belajar untuk menghargai budaya dan cerita rakyat yang ada di sekitar kita, meskipun terkadang terasa menakutkan. Catatan:** * Cerita ini diangkat dari pengalaman penulis, namun diubah sedikit agar lebih menarik dan mudah dipahami. * Cerita ini tidak mengandung unsur kekerasan, penipuan, atau romantisme. * Cerita ini ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. * Cerita ini mengandung pesan moral tentang pentingnya menjaga anak-anak dan menghargai budaya.