Konferensi Maphilindo: Menyelesaikan Sengketa Federasi Malaysi
Konferensi Maphilindo, yang diadakan di Filipina pada tanggal 31 Juli hingga 5 Agustus 1963, merupakan sebuah momen penting dalam sejarah pembentukan Federasi Malaysia. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin pemerintahan Malaysia, Filipina, dan Indonesia, dan bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dari pembentukan Federasi Malaysia. Pada saat itu, Indonesia menentang pembentukan Feder karena mereka percaya bahwa itu adalah bagian dari rencana Inggris untuk mempertahankan kekuasaan mereka di negara tersebut. Mereka juga percaya bahwa pembentukan Federasi Malaysia akan membahayakan revolusi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia. Untuk meredakan ketegangan tiga negara tersebut, ketiga pemimpin pemerintahan setuju untuk meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan pendekatan terhadap masalah ini. Mereka meminta Sekretaris Jenderal untuk membentuk tim penyelidik yang akan mengetahui keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia. Tim penyelidik PBB, yang dipimpin oleh Lawrence Michelmore, kemudian memulai tugasnya di Malaysia pada tanggal 14 September 1963. Tim tersebut bertujuan untuk menemukan solusi yang akan disukai oleh semua pihak yang terlibat dalam sengketa. Hasil dari Konferaphilindo adalah tiga dokumen penting: Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunikasi Bersama. Dokumen-dokumen ini mencakup inti pokok bahwa Indonesia dan Filipina akan menyambut baik pembentukan Federasi Malaysia jika rakyat Kalimantan Utara menyetujui hal tersebut. Konferensi Maphilindo merupakan sebuah momen penting dalam sejarah pembentukan Federasi Malaysia. Konferensi ini membantu menyelesaikan sengketa yang timbul dari pembentukan Federasi Malaysia dan menemukan solusi yang akan disukai oleh semua pihak yang terlibat. Konferensi ini juga menunjukkan pentingnya diplomasi dan kerjasama dalam menyelesaikan konflik.