Konflik Dyah Pitaloka Citraresmi dan Hayam Linggabuana Wisesa dalam Sejarah Majapahit
Pendahuluan: Konflik antara Dyah Pitaloka Citraresmi dan Hayam Linggabuana Wisesa merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Artikel ini akan membahas argumen yang mendasari konflik ini dan dampaknya terhadap dinamika politik dan sosial pada masa itu. Bagian 1: Latar Belakang Konflik Konflik ini dimulai ketika rombongan Sunda tiba di Pesanggrahan Bubat untuk menyerahkan diri kepada Majapahit. Namun, tindakan ini dianggap sebagai tanda takluk oleh Kerajaan Sunda. Hal ini membuat Maharaja Mada meminta agar Dyah Pitaloka Citraresmi diserahkan kepada Hayam Linggabuana Wisesa. Bagian 2: Perlakuan Gajah Mada Perlakuan Gajah Mada terhadap rombongan Sunda dianggap melanggar adat dan menginjak-injak harga diri mereka. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rombongan Sunda dan memicu konflik lebih lanjut. Bagian 3: Ream Linggabuana Wisesa Hayam Linggabuana Wisesa, sebagai raja yang arif, enggan untuk langsung melakukan perlawanan di tempat. Namun, keputusan ini tidak diikuti oleh seluruh anak buahnya, yang merasa dilecehkan dan terpaksa mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka Citraresmi sebagai pengantin. Bagian 4: Dampak Konflik Konflik ini memiliki dampak besar terhadap dinamika politik dan sosial pada masa itu. Rombongan Sunda merasa diinjak-injak dan terpaksa mendesak Hayam Wuruk untuk mengambil keputusan. Di sisi lain, rombongan pengantin Sunda mulai muak dengan perlakuan yang diterimanya dari Gajah Mada. Kesimpulan: Konflik antara Dyah Pitaloka Citraresmi dan Hayam Linggabuana Wisesa merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Majapahit. Konflik ini menunjukkan bagaimana dinamika politik dan sosial mempengaruhi keputusan dan hubungan antara kerajaan dan individu pada masa itu.