Peran Pemeriksaan Fisik dalam Menilai Dyspnea: Sebuah Tinjauan Literatur
Sesak napas, atau dyspnea, adalah gejala subjektif yang sering menandakan adanya kondisi medis yang mendasari. Pasien mungkin menggambarkannya sebagai rasa sulit bernapas, dada sesak, atau napas pendek. Mengingat banyaknya kemungkinan penyebab dyspnea, pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang dapat mengarahkan pada diagnosis.
Menilai Riwayat dan Gejala yang Berhubungan dengan Dyspnea
Riwayat pasien yang komprehensif sangat penting dalam mengevaluasi dyspnea. Pertanyaan harus fokus pada onset, durasi, dan karakteristik dyspnea, serta faktor-faktor yang memperburuk atau meringankan. Penting untuk menanyakan tentang riwayat medis pasien, termasuk kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya, penyakit jantung, dan faktor risiko seperti merokok atau paparan lingkungan. Selain itu, menanyakan tentang gejala yang berhubungan seperti batuk, mengi, nyeri dada, atau edema dapat memberikan petunjuk berharga tentang penyebab yang mendasari.
Peran Pemeriksaan Fisik dalam Mendiagnosis Dyspnea
Pemeriksaan fisik untuk dyspnea harus sistematis dan mencakup evaluasi menyeluruh terhadap sistem pernapasan dan kardiovaskular.
Tanda Vital dan Observasi Umum
Mulailah dengan menilai tanda vital pasien, termasuk laju pernapasan, saturasi oksigen, dan denyut jantung. Takipnea (laju pernapasan cepat) adalah temuan umum pada pasien dengan dyspnea dan dapat mengindikasikan hipoksemia atau peningkatan upaya pernapasan. Sianosis, perubahan warna kebiruan pada kulit atau selaput lendir, menunjukkan hipoksemia berat. Perhatikan posisi pasien, karena mereka yang mengalami kesulitan bernapas mungkin duduk tegak atau bersandar ke depan.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Periksa kepala dan leher untuk setiap kelainan yang dapat menyebabkan dyspnea. Perhatikan pembengkakan vena jugularis, yang dapat mengindikasikan gagal jantung kanan atau tamponade jantung. Inspeksi rongga mulut dan faring untuk setiap tanda infeksi atau obstruksi, seperti tonsilitis atau epiglotitis.
Pemeriksaan Dada
Pemeriksaan dada merupakan komponen penting dalam mengevaluasi dyspnea. Inspeksi dada untuk setiap kelainan bentuk, asimetri, atau gerakan dada yang abnormal. Dada barel, yang ditandai dengan peningkatan diameter anteroposterior, dapat terlihat pada emfisema. Palpasi dada untuk setiap nyeri tekan, krepitasi subkutan (udara di jaringan subkutan), atau ekspansi asimetris.
Auskultasi Paru-Paru
Auskultasi paru-paru merupakan langkah penting dalam pemeriksaan fisik untuk dyspnea. Dengarkan suara napas di semua bidang paru-paru, bandingkan sisi kiri dan kanan. Suara napas yang abnormal, seperti mengi, ronki, dan krepitasi, dapat memberikan petunjuk tentang penyebab dyspnea yang mendasari. Mengi adalah suara siulan kontinu yang menunjukkan penyempitan saluran napas, sedangkan ronki adalah suara berderak atau bergelembung yang menunjukkan adanya sekresi atau cairan di saluran napas. Krepitasi adalah suara berderak yang tidak kontinu yang menunjukkan pembukaan alveoli yang kolaps.
Pemeriksaan Kardiovaskular
Pemeriksaan kardiovaskular sama pentingnya dengan pemeriksaan pernapasan pada pasien dengan dyspnea. Palpasi prekordium untuk setiap dorongan atau sensasi abnormal. Auskultasi jantung untuk setiap murmur, gallop, atau suara jantung abnormal lainnya. Murmur jantung adalah suara bising yang dihasilkan dari aliran darah turbulen dan dapat mengindikasikan penyakit katup jantung. Gallop adalah suara jantung ekstra yang dapat mengindikasikan disfungsi ventrikel.
Ekstremitas
Periksa ekstremitas untuk setiap edema, sianosis, atau tanda-tanda penyakit arteri perifer. Edema, atau pembengkakan, dapat mengindikasikan gagal jantung kongestif. Sianosis pada ekstremitas dapat mengindikasikan perfusi perifer yang buruk.
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting dalam mengevaluasi pasien dengan dyspnea. Dengan menggabungkan riwayat pasien yang terperinci dengan temuan dari pemeriksaan fisik, profesional kesehatan dapat mempersempit diagnosis banding dan mengarahkan penyelidikan lebih lanjut. Penting untuk dicatat bahwa pemeriksaan fisik hanyalah satu bagian dari proses diagnostik, dan tes tambahan, seperti rontgen dada, elektrokardiogram (EKG), atau tes fungsi paru, seringkali diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan memandu rencana perawatan.