Ketersediaan dan Konsumsi Beras di Indonesi
Beras merupakan komoditas pangan strategis yang keberadaannya dan harganya bisa menjadi hal yang sensitif. Oleh karena itu, persoalan terkait beras harus diantisipasi jauh-jauh hari. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang ketersediaan dan konsumsi beras di Indonesia. Menurut data yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian, pada tahun 2022, konsumsi beras per kapita per tahun di Indonesia adalah sebanyak 81.044 kilogram. Jika dibagi dengan 365 hari, berarti masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 0,222 kilogram beras per hari. Data tersebut didapatkan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pangan Nasional. Dalam periode 2018-2022, konsumsi beras per kapita per tahun mengalami variasi. Pada tahun 2018, jumlahnya sebesar 80.641 kilogram, kemudian turun menjadi 78.429 kilogram pada tahun 2019. Pada tahun 2020, konsumsi per kapita per tahun sebesar 78.487 kilogram, dan meningkat menjadi 81.518 kilogram pada tahun 2021. Selain data konsumsi, buku tersebut juga mencantumkan data ketersediaan beras di Indonesia. Pada tahun 2022, ketersediaan beras per kapita per tahun adalah sebanyak 115,09 kilogram. Jumlah ini melebihi angka konsumsi beras. Beras yang tersedia berasal dari produksi dalam negeri dan impor. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270,696 juta jiwa pada pertengahan tahun 2023, dapat dibayangkan betapa banyaknya beras yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin bergantung pada beras. Tingkat partisipasi konsumsi beras mencapai 98,35 persen menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2022. Artinya, hampir 98,35 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi beras. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 98 persen. Tingkat partisipasi konsumsi beras yang hampir mencapai 100 persen ini membuat beras menjadi komoditas pangan yang sangat sensitif. Ketika harga beras naik, terutama jika sulit ditemui di pasaran, akan menjadi masalah yang serius. Selain itu, situasi produksi beras yang turun juga dapat menimbulkan persoalan. Dalam kondisi produksi beras yang berkurang, permintaan dari konsumen yang jumlahnya tidak berkurang akan memicu kenaikan harga beras. Kenaikan harga beras ini akan berkontribusi terhadap inflasi dan meningkatkan pengeluaran konsumsi masyarakat. Data yang dipaparkan oleh BPS menunjukkan bahwa produksi beras nasional pada tahun 2023 diperkirakan turun menjadi 30,9 juta ton, menurun dari 31,54 juta ton pada tahun sebelumnya. Penurunan produksi beras ini disebabkan oleh luas panen padi yang berkurang akibat kekeringan panjang yang disebabkan oleh El Nino. Luas panen padi pada tahun 2023 diperkirakan hanya mencapai 10,2 juta hektar, turun sebesar 255.790 hektar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data perkiraan ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang cepat dalam mengantisipasinya. Diharapkan agar masyarakat tidak tercekik dengan harga beras yang tinggi dan tidak sampai harus berburu beras. Dalam kesimpulan, ketersediaan dan konsumsi beras di Indonesia merupakan isu yang penting dan harus diperhatikan dengan serius. Dalam menghadapi fluktuasi harga dan produksi beras, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga ketersediaan beras dan menjaga stabilitas harga.