Perbandingan Hasil Panen Padi di Kabupaten Bantul dan Sleman di Daerah Istimewa Yogyakart
Dalam penelitian ini, kami akan membandingkan hasil panen padi di Kabupaten Bantul dan Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari dua wilayah penghasil beras tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rata-rata hasil panen padi di Kabupaten Bantul lebih tinggi daripada di Kabupaten Sleman. Untuk keperluan penelitian ini, kami mengambil sampel sebanyak 95 petani dari Kabupaten Bantul dan 98 petani dari Kabupaten Sleman. Hasil panen padi di Kabupaten Bantul memiliki rata-rata sebesar 7800 kg/Ha, sedangkan di Kabupaten Sleman memiliki rata-rata sebesar 7750 kg/Ha. Selanjutnya, kami juga menghitung simpangan baku hasil panen di kedua kabupaten tersebut. Simpangan baku hasil panen di Kabupaten Bantul adalah sebesar 176 kg/Ha, sedangkan di Kabupaten Sleman adalah sebesar 187 kg/Ha. Berdasarkan data yang kami peroleh, kita dapat menggunakan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah rata-rata hasil panen padi di Kabupaten Bantul lebih tinggi daripada di Kabupaten Sleman. Dalam pengujian ini, kita akan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,1. Dengan menggunakan pengujian hipotesis, kita dapat menarik kesimpulan apakah perbedaan antara rata-rata hasil panen padi di kedua kabupaten tersebut signifikan atau tidak. Jika perbedaan tersebut signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil panen padi di Kabupaten Bantul memang lebih tinggi daripada di Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini, kami akan menggunakan metode pengujian hipotesis untuk menguji perbedaan antara rata-rata hasil panen padi di Kabupaten Bantul dan Sleman. Kami akan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,1 untuk mengambil kesimpulan apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang perbandingan hasil panen padi di Kabupaten Bantul dan Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan pertanian di kedua kabupaten tersebut.