Sepatu Rusak dan Mimpi yang Tertunda ##

4
(236 votes)

Hari itu hujan deras. Air menggenang di halaman sekolah, membuat sepatu putihku basah kuyup. Aku berjalan dengan hati-hati, takut terpeleset. Sepatu itu hadiah dari Ibu, baru dibeli minggu lalu. Aku sangat menyukainya, putih bersih dan mengkilat. Di kelas, aku duduk di bangku paling belakang. Aku melihat teman-temanku bersemangat berlatih untuk lomba pidato. Aku ingin sekali ikut, tapi aku takut. Aku tidak pandai berbicara di depan umum. Saat istirahat, aku keluar kelas. Aku ingin mencari tempat yang sepi untuk bersembunyi dari keramaian. Aku berjalan ke taman sekolah, tempat yang biasanya sepi. Tiba-tiba, aku mendengar suara tangisan. Aku menoleh dan melihat seorang anak laki-laki duduk di bawah pohon, menangis tersedu-sedu. Aku mendekatinya dan bertanya, "Kenapa kamu menangis?" Anak itu mengangkat wajahnya, matanya merah dan bengkak. "Sepatu baruku hilang," katanya, suaranya bergetar. "Aku baru saja membelinya dengan uang tabungan." Aku melihat sekeliling, mencari sepatu yang hilang. Aku tidak menemukannya. Aku merasa iba padanya. Aku pun mengeluarkan sepatu putihku dan memberikannya padanya. "Ini, kamu pakai saja," kataku. Anak itu menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih," katanya, suaranya terbata-bata. "Aku tidak tahu harus berbuat apa." Aku tersenyum padanya. "Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantumu." Aku berjalan pulang dengan perasaan campur aduk. Sedih karena sepatu baruku hilang, tapi senang karena bisa membantu anak itu. Aku tahu, sepatu itu hanya benda mati. Yang penting adalah kebaikan hati dan rasa peduli. Saat itu, aku belajar bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada benda-benda materi, tapi pada kebaikan hati dan rasa peduli terhadap sesama. Aku juga belajar bahwa kehilangan sesuatu yang berharga bisa menjadi kesempatan untuk berbagi dan membantu orang lain. Aku pulang dengan hati yang lega. Aku tahu, meskipun sepatu baruku hilang, aku masih memiliki banyak hal yang lebih berharga: kebaikan hati, rasa peduli, dan mimpi yang terus terjaga.