Analisis Film "Beth" sebagai Representasi Keterbatasan Ruang dalam Masyarakat
Film "Beth" karya Aria merupakan sebuah karya seni yang menarik perhatian banyak pengamat kesenian. Dalam film ini, pesan moral yang kuat dapat tertangkap dengan jelas. Afrizal Malna, seorang pengamat kesenian, menyatakan bahwa pesan moral ini terlihat melalui karakter-karakter yang dimainkan dengan porsi yang sama, tanpa adanya penonjolan karakter tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat, ruang untuk berkreasi semakin sempit. Dalam film "Beth", Aria menggambarkan keterbatasan ruang di masyarakat dengan cara yang unik. Bagi Aria, satu-satunya ruang yang tersisa untuk manusia berkreasi adalah rumah sakit jiwa. Namun, apakah ini pilihan yang paling tepat, masih perlu dipertanyakan. Film ini memberikan pesan bahwa keterbatasan ruang di masyarakat dapat mempengaruhi kehidupan dan kreativitas individu. Pendekatan yang digunakan oleh Aria dalam film "Beth" juga menjadi perhatian banyak pengamat. Nurul Arifin melihat bahwa film ini merupakan suatu realitas yang didekati dengan cara yang berkebalikan dari pendekatan yang dilakukan oleh Garin Nugroho dalam karyanya. Garin Nugroho cenderung menggambarkan realitas sosial dari sisi kehidupan yang manis-manis, sedangkan Aria lebih suka mendekatinya dari sisi-sisi yang lebih pahit. Hal ini membuat semangat Aria perlu didukung penuh. Dalam kesimpulannya, film "Beth" merupakan sebuah representasi keterbatasan ruang dalam masyarakat. Pesan moral yang kuat terlihat melalui karakter-karakter yang dimainkan dengan porsi yang sama. Film ini juga menggambarkan bahwa ruang untuk berkreasi semakin sempit, dan satu-satunya ruang yang tersisa bagi manusia adalah rumah sakit jiwa. Pendekatan yang unik dalam film ini membuatnya istimewa dan perlu mendapatkan dukungan penuh. Sumber: Republika