Perundingan Roem-Royen dan Perubahan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Pasukan Sekutu
Perundingan Roem-Royen adalah perundingan yang dilakukan antara delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem dan delegasi Belanda yang dipimpin oleh Mr. H.J. van Mook pada tahun 1949. Perundingan ini bertujuan untuk membahas masa depan hubungan antara Indonesia dan Belanda setelah kemerdekaan Indonesia. Dalam perundingan ini, salah satu isu yang dibahas adalah mengenai status Irian Barat (sekarang Papua). Indonesia menginginkan Irian Barat menjadi bagian dari wilayah Indonesia, sementara Belanda ingin menjadikannya sebagai wilayah terpisah yang diperintah oleh Belanda. Setelah berbagai diskusi dan negosiasi, akhirnya disepakati bahwa Irian Barat akan menjadi bagian dari Indonesia. Selain itu, perundingan Roem-Royen juga membahas mengenai pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, masih banyak negara yang belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Melalui perundingan ini, Indonesia berhasil mendapatkan pengakuan dari beberapa negara, sehingga semakin menguatkan kedaulatan Indonesia di mata dunia internasional. Perundingan Roem-Royen memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan sikap bangsa Indonesia terhadap pasukan Sekutu. Pada awalnya, pasukan Sekutu diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia karena mereka dianggap sebagai pihak yang membantu dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan Jepang. Namun, setelah perundingan Roem-Royen, hubungan antara Indonesia dan pasukan Sekutu menjadi bermusuhan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pasukan Sekutu yang cenderung mendukung Belanda dalam perundingan tersebut. Pasukan Sekutu dianggap tidak netral dan tidak memihak kepada Indonesia. Selain itu, pasukan Sekutu juga melakukan tindakan-tindakan yang merugikan Indonesia, seperti membantu Belanda dalam menguasai Irian Barat. Perubahan sikap bangsa Indonesia terhadap pasukan Sekutu juga dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa heroik yang dilakukan oleh organisasi pemuda di berbagai daerah. Salah satu contohnya adalah peristiwa heroik yang dilakukan oleh pemuda di Bali. Mereka berjuang untuk menjaga kedaulatan Indonesia di Bali dan melawan pasukan Sekutu yang ingin menguasai pulau tersebut. Dalam konteks ini, Komite Nasional (KTN) juga memainkan peran penting. KTN adalah organisasi yang dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tujuan pembentukan KTN adalah untuk menyatukan berbagai organisasi pemuda dan organisasi masyarakat yang ada di Indonesia dalam perjuangan melawan penjajah. Dengan demikian, perundingan Roem-Royen dan perubahan sikap bangsa Indonesia terhadap pasukan Sekutu merupakan dua hal yang saling terkait. Perundingan ini mempengaruhi pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap pasukan Sekutu, yang pada akhirnya mengarah pada perubahan hubungan antara kedua belah pihak.