Sejarah Pembentukan UUD NRI Tahun 1945
Pada sidang pertama PPKI pada tahun 1946, ada beberapa perubahan yang dilakukan pada rancangan yang dihasilkan oleh BPUPK. Perubahan-perubahan tersebut mencakup penggantian istilah "hukum dasar" dengan "undang-undang dasar," penggantian kata "Mukadimah" dengan "Pembukaan," dan penggantian kalimat "dalam suatu hukum dasar" dengan "dalam suatu undang-undang dasar." Perubahan-perubahan ini dilakukan untuk memastikan bahwa rancangan tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh bangsa Indonesia. Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah penggantian rumusan Pancasila sila pertama yang awalnya berbunyi, "Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Rumusan tersebut diusulkan untuk diganti dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa." Perubahan ini dilakukan untuk memastikan bahwa Pancasila mencerminkan keberagaman agama dan keyakinan di Indonesia. Selain itu, pasal 6 ayat (1) yang awalnya berbunyi, "Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam," diubah menjadi "Presiden ialah orang Indonesia asli." Perubahan ini dilakukan untuk memastikan bahwa presiden tidak dipilih berdasarkan agama tertentu, tetapi berdasarkan kualifikasi dan kemampuan mereka untuk memimpin negara. UUD NRI Tahun 1945 kemudian dilengkapi dengan bagian Penjelasan, yang dilampirkan dalam Berita Republik Indonesia, Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Bagian Penjelasan tersebut memberikan penjelasan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang oleh negara Indonesia. Secara keseluruhan, proses pembentukan UUD NRI Tahun 1945 adalah perjalanan panjang dan penuh perdebatan, yang melibatkan banyak perubahan dan penyesuaian. Hasil akhirnya adalah undang-undang dasar yang kuat dan adil, yang mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh bangsa Indonesia.