Peristiwa Tragedi Trisakti dan Kontroversi Pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden
Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa yang mengguncang Indonesia, yaitu bentrok antara aparat keamanan dengan para mahasiswa. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Tragedi Trisakti. Bentrokan tersebut menyebabkan korban jiwa beberapa mahasiswa dan menjadi titik balik penting dalam sejarah Indonesia. Tragedi Trisakti terjadi ketika mahasiswa dari Universitas Trisakti di Jakarta melakukan demonstrasi menuntut reformasi politik dan ekonomi. Demonstrasi ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Aparat keamanan merespons demonstrasi tersebut dengan kekerasan, menggunakan senjata api dan gas air mata untuk membubarkan para mahasiswa. Akibat dari bentrokan tersebut, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Kematian mereka menjadi simbol perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan demokrasi dan reformasi di Indonesia. Tragedi Trisakti juga memicu gelombang protes dan demonstrasi di seluruh Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998. Selain peristiwa Tragedi Trisakti, ada juga kontroversi terkait pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden Indonesia setelah Soeharto mengundurkan diri. Ada kalangan yang berpendapat bahwa pengangkatan Habibie tidak konstitusional. Penyebabnya adalah Habibie tidak diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) seperti yang diatur dalam UUD 1945. Menurut UUD 1945, presiden harus diangkat oleh MPR setelah melalui proses pemilihan. Namun, dalam kasus pengangkatan Habibie, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dan secara langsung menunjuk Habibie sebagai penggantinya. Hal ini menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat. Para pendukung pengangkatan Habibie berpendapat bahwa keputusan Soeharto adalah langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas politik dan mencegah kekosongan kekuasaan. Namun, para kritikus berpendapat bahwa pengangkatan Habibie tidak sesuai dengan ketentuan konstitusi dan mengabaikan proses demokratis. Kontroversi ini menjadi salah satu isu yang mempengaruhi stabilitas politik dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Habibie. Meskipun demikian, Habibie berhasil memimpin Indonesia selama kurang lebih satu tahun dan melakukan sejumlah reformasi politik dan ekonomi yang penting. Dalam kesimpulan, peristiwa Tragedi Trisakti dan kontroversi pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden adalah dua peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Tragedi Trisakti menjadi titik balik dalam perjuangan mahasiswa untuk demokrasi dan reformasi, sementara kontroversi pengangkatan Habibie mencerminkan tantangan dalam membangun sistem politik yang demokratis dan sesuai dengan konstitusi.