Suara Kita, Suara Sekolah: Kisah Demokrasi di OSIS **
Mentari pagi menyinari lapangan sekolah, menyapa semangat para siswa yang bersemangat untuk mengikuti pemilihan ketua OSIS. Udara terasa hangat, diiringi debar jantung yang berdetak kencang. Hari ini, suara mereka akan menentukan arah kepemimpinan di sekolah. Di tengah hiruk pikuk kampanye, Adi, seorang siswa kelas X, merasa tergerak untuk mencalonkan diri. Ia ingin membawa perubahan positif, membangun sekolah yang lebih inklusif dan bersemangat. Ia bertekad untuk memperjuangkan aspirasi teman-temannya, dan menjadikan OSIS sebagai wadah untuk menyalurkan ide-ide kreatif. Hari pemilihan tiba. Suasana tegang menyelimuti aula sekolah. Para calon ketua bersemangat menyampaikan visi dan misi mereka, berharap dapat memikat hati para pemilih. Adi, dengan lantang dan penuh keyakinan, memaparkan program-programnya. Ia menekankan pentingnya kolaborasi, transparansi, dan partisipasi aktif seluruh siswa dalam kegiatan OSIS. Setelah proses pemungutan suara yang adil dan transparan, hasil akhirnya diumumkan. Adi terpilih sebagai ketua OSIS. Ia merasa bangga dan terharu, menyadari bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Kepemimpinan Adi membawa angin segar bagi OSIS. Ia melibatkan seluruh siswa dalam pengambilan keputusan, membuka ruang dialog, dan mendengarkan aspirasi mereka. Program-program yang ia usung pun berhasil meningkatkan semangat dan partisipasi siswa dalam kegiatan sekolah. Kisah demokrasi di OSIS ini mengajarkan kita bahwa setiap suara memiliki arti. Melalui proses pemilihan yang demokratis, kita dapat memilih pemimpin yang dapat mewakili aspirasi kita dan membawa perubahan positif bagi sekolah. Pesan:** Demokrasi bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang membangun budaya partisipasi dan tanggung jawab bersama. Di sekolah, di OSIS, dan di kehidupan kita, mari kita terus berjuang untuk suara kita, suara sekolah, dan suara bangsa.