Identitas Ganda dalam Penggalan Cerpen "Kenang-kenangan
Dalam penggalan cerpen "Kenang-kenangan" karya Abdul Gani AK, terdapat tema yang menarik tentang identitas ganda. Cerita ini mengisahkan pengalaman seorang anak yang masuk sekolah Mulo dan fasih berbahasa Belanda, sehingga orang-orang mengira dia adalah anak Belanda. Namun, dengan berjalannya waktu, anak tersebut semakin yakin bahwa dia adalah anak Belanda karena tingkah laku orang tuanya yang berusaha menyesuaikan diri dengan budaya Belanda. Pada penggalan ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Hal ini terlihat dari penggunaan kata "aku" yang digunakan untuk merujuk pada diri sendiri. Dengan sudut pandang ini, pembaca dapat merasakan pengalaman dan pemikiran anak tersebut secara langsung. Identitas ganda merupakan fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat multikultural. Banyak individu yang merasa terbagi antara identitas budaya asli dan budaya yang mereka adopsi. Penggalan cerpen ini menggambarkan perjuangan anak tersebut dalam mencari jati dirinya dan bagaimana lingkungan dan pengaruh orang tua dapat mempengaruhi persepsi dirinya. Melalui penggunaan sudut pandang orang pertama pelaku utama, pengarang berhasil menggambarkan perasaan dan pemikiran anak tersebut dengan detail. Pembaca dapat merasakan kebingungan, kepercayaan diri, dan perubahan yang dialami oleh anak tersebut seiring dengan penemuan identitasnya. Penggalan cerpen ini mengajarkan kita tentang pentingnya menerima dan memahami identitas ganda dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Identitas bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang terus berkembang seiring dengan pengalaman hidup dan interaksi dengan lingkungan sekitar.