Memahami Kasus Akad Jual-Beli dan Peran Istishab dalam Menyelesaikan Perbedaan Pandangan **
Dalam dunia jual-beli, terkadang muncul perbedaan pandangan antara penjual dan pembeli mengenai kondisi barang yang diperjualbelikan. Salah satu contohnya adalah ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai adanya cacat pada barang. Dalam situasi seperti ini, hukum Islam memberikan solusi melalui kaidah Istishab. Istishab adalah kaidah fiqih yang bermakna "menetapkan sesuatu pada keadaan asalnya sampai ada dalil yang mematahkannya". Dalam konteks jual-beli, Istishab dapat diterapkan ketika penjual dan pembeli tidak sepakat mengenai keberadaan cacat pada barang. Contoh Kasus: Misalnya, seorang pembeli membeli sebuah mobil bekas. Setelah beberapa waktu, pembeli menemukan beberapa kerusakan pada mobil tersebut. Pembeli kemudian menuntut penjual karena menganggap mobil tersebut memiliki cacat tersembunyi yang tidak diungkapkan penjual. Penjual membantah dan menyatakan bahwa mobil tersebut dalam kondisi baik saat dijual. Dalam kasus ini, Istishab dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Karena tidak ada bukti yang kuat mengenai keberadaan cacat pada saat jual beli, maka Istishab menetapkan bahwa mobil tersebut dalam kondisi baik saat dijual. Dengan demikian, penjual tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi setelah transaksi. Kesimpulan:** Istishab merupakan kaidah yang penting dalam hukum Islam, khususnya dalam menyelesaikan perselisihan jual-beli. Kaidah ini membantu menjaga keadilan dan mencegah kerugian bagi kedua belah pihak. Penerapan Istishab dalam kasus jual-beli menekankan pentingnya kejujuran dan transparansi dalam transaksi, serta perlunya bukti yang kuat untuk membuktikan adanya cacat pada barang yang diperjualbelikan.