Orde Baru: Pembangunan dan Pembatasan Kebebasan **
Orde Baru, era yang diwarnai dengan pembangunan nasional yang pesat, menorehkan catatan penting dalam sejarah Indonesia. Melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Program Pembangunan yang tertuang dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), pembangunan nasional digerakkan secara terstruktur dan berkesinambungan. Kemajuan terlihat di berbagai bidang, mulai dari infrastruktur hingga ekonomi. Namun, di balik kemajuan tersebut, terdapat sisi lain yang perlu diperhatikan. Lembaga Kepresidenan pada masa Orde Baru memegang peran dominan, melebihi lembaga negara lainnya, baik suprastruktur (MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun infrastruktur (Kementerian, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, dan sebagainya). Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan kekuasaan dan demokrasi. Kebebasan berpolitik juga mengalami pembatasan. Jumlah partai politik dibatasi hanya tiga, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pembatasan ini dinilai menghambat partisipasi politik dan pluralisme. Kebebasan pers dan pendapat juga terkekang. Banyak kasus pembredelan surat kabar dan majalah, bahkan pencabutan izin penerbitan, terjadi karena pemberitaan yang dianggap bertentangan dengan kebijakan pemerintah. Kesimpulan:** Orde Baru memang berhasil dalam membangun infrastruktur dan ekonomi, namun dengan mengorbankan kebebasan politik dan pers. Pembatasan kebebasan ini menimbulkan pertanyaan tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Meskipun pembangunan ekonomi penting, namun kebebasan merupakan pilar penting dalam sebuah negara yang demokratis.