Plot Cerita Hikayat si Miskin
Hikayat si Miskin adalah kisah tentang seorang pria yang dulunya adalah raja kayangan, tetapi karena disumpahi oleh Batara Indera, dia dan istrinya terlantar di negeri Antah Berantah. Mereka hidup dalam kemiskinan dan dihina oleh orang-orang di pasar dan kampung. Setiap kali mereka mengemis, mereka dipukuli dan diusir hingga ke hutan. Dalam keadaan yang sulit ini, istri si Miskin hamil dan mereka berharap untuk memiliki anak. Namun, si Miskin merasa terpukul karena dia tidak ingin memiliki anak dalam keadaan yang sulit seperti ini. Dia khawatir anak mereka akan menderita seperti mereka. Istri si Miskin menangis karena dia ingin makan buah mempelam yang ada di taman raja. Si Miskin yang mencintai istrinya dengan tulus, memutuskan untuk pergi mencari buah mempelam itu untuk istrinya. Di pasar, si Miskin meminta belas kasihan dari penjual buah mempelam. Dia memohon untuk diberikan buah mempelam yang sudah busuk. Orang-orang di pasar terharu mendengar permohonannya dan memberinya buah mempelam, nasi, kain baju, dan buah-buahan lainnya. Si Miskin merasa heran karena sebelumnya dia selalu ditolak dan bahkan dilempari dengan kayu dan batu. Setelah mendapatkan semua pemberian itu, si Miskin kembali ke hutan dan memberikan semuanya kepada istrinya. Namun, istrinya menangis karena dia hanya ingin makan buah mempelam dari taman raja. Dia mengatakan bahwa dia lebih baik mati daripada tidak bisa makan buah mempelam itu. Si Miskin merasa putus asa melihat keadaan istrinya yang ingin mati. Dia memutuskan untuk menghadap Maharaja Indera Dewa untuk memohon buah mempelam dari taman raja. Ketika bertemu dengan Maharaja Indera Dewa, si Miskin memohon dengan rendah hati untuk diberikan buah mempelam. Maharaja Indera Dewa setuju dan memberikan buah mempelam itu kepada si Miskin. Si Miskin sangat bersyukur dan meninggalkan istana dengan penuh rasa hormat. Setelah itu, Maharaja Indera Dewa kembali ke istananya. Ini adalah plot cerita Hikayat si Miskin secara kronologis. Dalam cerita ini, kita melihat perjuangan si Miskin dan istrinya dalam menghadapi kemiskinan dan penolakan. Namun, mereka tetap bertahan dan mendapatkan keajaiban ketika mereka diberi belas kasihan oleh orang-orang di pasar dan Maharaja Indera Dewa.