Perkembangan Tulisan dan Kebudayaan di Masyarakat Kutai
Masyarakat Kutai mulai mengenal tulisan dan kebudayaan karena pengaruh agama Hindu. Hal ini menyebabkan mereka memasuki masa sejarah karena telah mengenal budaya tulis. Bukti yang mendukung kesimpulan ini adalah ditemukannya empat batu bertulis (yupa) pada tahun 1879 dan tiga yupa pada tahun 1940 di daerah aliran Sungai Mahakam yang menggunakan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta. Dalam kehidupan budaya, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Kutai sudah maju, meskipun penganut Hindu belum lama diterima. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan atau disebut juga upacara Vratyastoma. Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri ke-Indonesia-annya. Pemimpin upacara tersebut menurut para ahli adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Namun, pada masa Mulawarman, upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia, ini membuktikan bahwa kemampuan intelektual mereka tinggi, seperti penguasaan terhadap bahasa Sanskerta. Bahasa Sanskerta bukanlah bahasa sehari-hari rakyat India, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan. Dengan demikian, perkembangan tulisan dan kebudayaan di masyarakat Kutai dapat dikaitkan dengan pengaruh agama Hindu dan upacara penghinduan Vratyastoma. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kutai telah mengalami kemajuan dalam bidang kebudayaan dan penulisan, meskipun masih dalam tahap awal.