Ria, Si Penakluk Rasa Panik **
** Mentari pagi menyinari lapangan upacara sekolah. Ria, adik dari Shani dan Gracia, berdiri tegak di barisan bersama teman-temannya. Upacara hari ini terasa berbeda. Ria merasakan tubuhnya lemas, kepalanya berputar, dan perutnya mual. Ia belum sarapan pagi, dan rasa lapar mulai menggerogoti tubuhnya. Tiba-tiba, Ria merasakan tubuhnya limbung. Pandangannya mulai kabur, dan ia terhuyung ke belakang. Teman-temannya panik melihat Ria pingsan. Mereka langsung berteriak memanggil Shani dan Gracia, kakak Ria yang sedang rapat dan latihan teater. Shani dan Gracia bergegas menuju lapangan upacara. Mereka panik melihat Ria terbaring lemas di tanah. Shani langsung menelepon ambulans, sementara Gracia berusaha menenangkan Ria. "Ria, bangun sayang. Kamu kenapa?" tanya Gracia dengan suara lembut. Ria membuka matanya perlahan. Ia merasakan tubuhnya masih lemas, dan perutnya terasa mual. "Kak, aku lapar," lirih Ria. Gracia tersenyum dan mengelus rambut Ria. "Tenang, sayang. Kakak sudah telepon ambulans. Kamu akan segera diantar ke rumah sakit." Ria mengangguk lemah. Ia merasa lega karena kakaknya ada di sisinya. Beberapa menit kemudian, ambulans datang dan membawa Ria ke rumah sakit. Shani dan Gracia setia mendampingi Ria. Mereka berdua merasa bersyukur karena Ria tidak mengalami hal yang serius. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi Ria. Ia menyadari pentingnya sarapan pagi untuk menjaga kesehatan tubuh. Ia juga belajar untuk tidak menunda-nunda waktu makan, meskipun sedang sibuk. Ria, si penakluk rasa panik, akhirnya bisa tersenyum kembali. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga kesehatan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.