Soal laporan adanya pelangaran asse yang meningkat dari lahun sebelumnya. Laporan in memperhati laporan Kontras (Roas) (panin) sebanyak 175 kasun dengan 333 findakan dilahun yang menyatakan ada berbaga masalah hak atas berkeyakinan beragama, dan bertadah yang (flandsi oleh radikalisasi sentimen agama dan kebencian terhadap kelompok minortas agama 6 Indonesia. Contoh yang bisa dihat adalah kasus kekerasan terhadap Jamaah Almadyah 6 Taskmalya dan Lombok, Katus Jamaah Sylah di Madura Perdakan Pembangunan Geneja dan Cedangan, Malang. Hal hi tidak bisa dipunglui menupakan hasil tunnan dari kebijakan politik negara yang anbigu. Ada berbagai kebijakan d bawah konstitusi UUO 1945, mulai dari Undang Undang sampar Surat Keputusan Kepala Daerah yang justu bertentangan dengan prinsip-prisip HAM dan kebebasar berkeyakinan Pertancan a. Bertasarkan kasus d atas, jelaskan makna pasal dalam UUO 1945 yang menoung hak asasi manusia atas kebebasan beragama dan berkeyakinan! b. Analisisih salah satu tununan atau lokal yang bertentangan dengan prinsip prinsip HAM dan kebebasan beragama dan berkeyakinan misalnya W No.1PNPS/1965 tertang Penodaan Agama (blaspherry), SK Gubernur terlak, atau lainya!

**a. Makna Pasal dalam UUD 1945 yang Menjunjung Hak Asasi Manusia Atas Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan:**Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 dari UUD 1945 menyatakan bahwa:- Ayat 1: "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa."- Ayat 2: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."Pasal ini menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan agama serta keyakinannya masing-masing tanpa adanya diskriminasi atau penindasan. Kebebasan ini mencakup kebebasan untuk memeluk agama, beribadat, mengeluarkan pendapat, dan menyebarkan ajaran agamanya.**b. Analisis Salah Satu Keputusan Turunan atau Kebijakan yang Bertentangan dengan Prinsip HAM dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan:**Salah satu contoh keputusan turunan yang bertentangan dengan prinsip HAM dan kebebasan beragama adalah Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penodaan Agama (Blasphemy). Meskipun undang-undang ini telah dihapuskan, namun sebelum dihapuskan pernah menjadi alat penindasan terhadap kelompok-kelompok minoritas agama.**Penjelasan:**- **Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penodaan Agama (Blasphemy):** Undang-undang ini dikeluarkan pada masa Orde Baru dan digunakan untuk menindas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Dengan adanya undang-undang ini, siapa pun yang dianggap melakukan penodaan agama dapat dikenai sanksi hukum yang berat, termasuk penjara dan denda. Hal ini justru bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM dan kebebasan beragama yang dijamin oleh UUD 1945.- **Surat Keputusan Kepala Daerah:** Selain undang-undang, terdapat juga surat keputusan kepala daerah yang kadang-kadang digunakan untuk membatasi kebebasan beragama dan berkeyakinan. Misalnya, ada kebijakan yang melarang pengajian di rumah-rumah atau membatasi kegiatan keagamaan lainnya tanpa alasan yang jelas.Kedua contoh di atas menunjukkan bagaimana kebijakan politik dan hukum dapat digunakan untuk membatasi kebebasan beragama dan berkeyakinan, yang seharusnya dijamin oleh konstitusi. Hal ini mencerminkan adanya ketidaksesuaian antara kebijakan yang ada dengan prinsip-prinsip HAM yang dijamin oleh UUD 1945.