Analisis Kasus Pelanggaran Etika Profesi Pada tahun 2015 advokat OC Kaligis ditangkap oleh KPK karena dugaan melakukan penyuapan terhadap Hakim PTUN Medan , untuk memuluskan gugatan yang diajukan oleh klien OC Kaligis Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho . Gugatan di PTUN ditujukan untuk menguji kewenangan Kejaksaan Tinggi menerbitkan sprindik atas dugaan kasus korupsi bansos dan Bantuan Daerah Bawahan (BDB) di Sumatera Utara. Berdasarkan penyidikan KPK diketahui bahwa OC Kaligis diduga menyuap 3 (tiga) hakim PTUN antara lain Hakim Tripeni, Hakim Dermawan Ginting dan Hakim Amir Fauzi serta seorang panitera di PTUN bernama syamsir. Tugas; 1. Buatlah analisis atas kasus tersebut jelaskan dengan aturan hukum pelanggaran apa yang dilakukan oleh OC Kaligis selaku advokat serta 3 (tiga)orang hakim PTUN Medan tersebut! 2. Analisis disertai dengan landasan hukum.

**Analisis Kasus Pelanggaran Etika Profesi****1. Analisis Pelanggaran oleh OC Kaligis dan Hakim PTUN Medan****a. Pelanggaran oleh OC Kaligis**OC Kaligis, sebagai advokat, diduga melakukan penyuapan terhadap hakim di PTUN Medan. Tindakan inianggaran serius terhadap kode etik profesi advokat dan hukum yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Advokat No. 18 Tahun 2003, seorang advokat dilarang melakukan tindakan yang merugikan kehormatan, keluhuran martabat, serta integritas profesi advokat. Penyuapan, dalam hal ini, jelas merugikan integritas profesi dan mengancam keadilan peradilan.**b. Pelanggaran oleh Hakim PTUN Medan**Ketiga hakim PTUN Medan yang diduga menerima suap dari OC Kaligis juga melakukan pelanggaran berat. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, hakim dilarang menerima hadiah atau suap yang berkaitan dengan jabatannya. Penerimaan suap oleh hakim bertentangan dengan kewajiban mereka untuk menjaga keadilan dan imparitas dalam memutuskan perkara.**c. Pelanggaran oleh Panitera Syamsir**Panitera Syamsir, yang juga terlibat dalam kasus ini, melakukan pelanggaran serupa dengan menerima suap. Berdasarkan peraturan yang sama seperti yang berlaku bagi hakim, seorang panitera juga dilarang menerima hadiah atau suap yang berkaitan dengan jabatannya. Tindakan ini merusak kepercayaan publik terhadap sistem peradilan dan menghambat proses keadilan.**2. Landasan Hukum**- **Undang-Undang Advokat No. 18 Tahun 2003:** Mengatur tentang larangan bagi advokat untuk melakukan tindakan yang merugikan kehormatan, keluhuran martabat, serta integritas profesi advokat. - **Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004:** Mengatur tentang larangan bagi hakim dan panitera untuk menerima hadiah atau suap yang berkaitan dengan jabatannya.Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya integritas dan etika profesi dalam menjaga keadilan dan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Pelanggaran seperti ini harus ditangani dengan tegas agar tidak merusak fondasi hukum dan keadilan di negara ini.