1 Lalu cari Ketetapan MPR Nomor XIMPR/1999 tentang Penyelenggar Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Coba cermati Ketetapan MPR tersebut Menurut kalian, mengapa dalam penyelenggaraan negara harus bebas dari korupsi,kolusi, dan nepotisme? 2. Cermati tata urutan peraturan perundang-undangan menurut Undang-undan no 10 tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor disempumakan dengan Undang. Undang Nomor 15 Tahun 2019 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022. Bagaimanakah status hukum ketetapan MPR menurut undang-undang tersebut? 3. Berdasarkan pasal 24A aya 1 UUD NRI Tahun 1945 wewenang menguji peraturan perundang-undangan dibawah Undang-undang dilakukan oleh Mahkamah agung. Adapan kewenangan menguji Undang-undang Undang-undang terhadap UUD NRI Tahun 1945 dilakukan oleh Konstitusi ( Pasal 24C ayat 1 UUD NRI tahun 1945). Merujuk kedua pasal tersebut kalian jelaskan apakah berarti Ketetapan MPR tidak bisa di Judicial review oleh Lembaga negara yang lain

1. Dalam penyelenggaraan negara harus bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk menciptakan pemerintahan yang efisien, efektif, dan akuntabel. Korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat menghambat pembangunan dan merugikan kepentingan publik.2. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, status hukum ketetapan MPR adalah sebagai peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia. Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022, status hukum ketetapan MPR telah diubah dan tidak lagi menjadi peraturan perundang-undangan tertinggi.3. Berdasarkan pasal 24A ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 dan Pasal 24C ayat 1 UUD NRI tahun 1945, Ketetapan MPR tidak bisa di Judicial review oleh lembaga negara lain karena Ketetapan MPR merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia.

1. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) adalah tiga hal yang sangat merugikan dalam penyelenggaraan negara. KKN dapat menghambat proses pembangunan dan merugikan kepentingan publik. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan negara harus bebas dari KKN untuk menciptakan pemerintahan yang efisien, efektif, dan akuntabel.2. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, status hukum ketetapan MPR adalah sebagai peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia. Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022, status hukum ketetapan MPR telah diubah dan tidak lagi menjadi peraturan perundang-undangan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia terus berkembang dan berubah seiring dengan dinamika politik dan hukum di Indonesia.3. Berdasarkan pasal 24A ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 dan Pasal 24C ayat 1 UUD NRI tahun 1945, Ketetapan MPR tidak bisa di Judicial review oleh lembaga negara lain karena Ketetapan MPR merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi di Indonesia. Hal ini berarti bahwa Ketetapan MPR memiliki kekuatan hukum yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh lembaga negara lain.