b. Analisislah salah satu kebijakan turunan atau I lokal yang bertentangar dengan prinsip-prinsip HAM dan kebebasan dan berkeyakinan misalnya UU No.1/PNPS/196 tentang Penodaan Agama (blasphemy), SK Gubernu terkait, atau lainnya!

**UU No.1/PNPS/196 tentang Penodaan Agama (blasphemy) merupakan salah satu kebijakan yang dapat dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM dan kebebasan berkeyakinan. Undang-undang ini memberikan definisi dan sanksi terhadap tindakan yang dianggap merendahkan atau menoda agama, yang dapat diterapkan secara sewenang-wenang dan meresahkan masyarakat.**Penjelasan Lanjutan:**Kebijakan ini dapat menimbulkan masalah karena:1. **Ketidakjelasan Hukum:** Definisi tentang apa yang dianggap sebagai penodaan agama sering kali bersifat ambigu dan dapat ditafsirkan secara berlebihan, sehingga memberikan ruang bagi penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak tertentu. 2. **Pembatasan Kebebasan Berbicara:** Kebijakan ini dapat membatasi kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, terutama dalam konteks diskusi publik atau kritik terhadap ajaran agama tertentu. Ini berpotensi mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti kebebasan berekspresi.3. **Diskriminasi dan Intoleransi:** Kebijakan ini juga dapat memperkuat sikap diskriminatif dan intoleransi terhadap kelompok-kelompok minoritas atau mereka yang memiliki keyakinan berbeda, yang pada gilirannya dapat memicu konflik sosial dan ketegangan antarumat beragama.4. **Kekuatan Penegakan Hukum:** Penegakan hukum yang tidak konsisten dan adanya tekanan politik atau sosial dapat menyebabkan kebijakan ini diterapkan secara sewenang-wenang, sehingga lebih banyak menciptakan rasa ketakutan daripada menjaga keharmonisan.**Kesimpulan:**Dalam konteks HAM dan kebebasan berkeyakinan, penting untuk memastikan bahwa setiap kebijakan pemerintah tidak hanya menghormati hak-hak dasar individu tetapi juga melindungi mereka dari tindakan diskriminatif dan represif. Kebijakan yang terlalu ketat atau ambigu dalam menangani isu-isu

**Kebijakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM dan kebebasan berkeyakinan sering kali menghambat hak individu untuk menyatakan pendapat dan menjalankan praktik keagamaan mereka tanpa rasa takut atau diskriminasi. Salah satu contoh kebijakan semacam itu adalah UU No.1/PNPS/196 tentang Penodaan Agama (blasphemy).**