xan. 3. Jelaskan perbedaan antara kurikulum pendidikan Islam integratif dan kurikulum pendidikan Islam fragmentatif. 4 Bagaimana Anda akan menilai efektivitas kurikulum nendidikan

**Kurikulum pendidikan Islam integratif menggabungkan berbagai aspek ilmu pengetahuan dan kehidupan dalam satu kerangka yang utuh, sedangkan kurikulum pendidikan Islam fragmentatif memisahkan antara ilmu pengetahuan sekuler dan ilmu agama.**4. Bagaimana Anda akan menilai efektivitas kurikulum pendidikan?****Penjelasan:**Untuk menilai efektivitas kurikulum pendidikan, saya akan menggunakan pendekatan yang sistematis dan komprehensif. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi:1. **Analisis Tujuan:** Menentukan tujuan utama dari kurikulum dan memastikan bahwa semua aktivitas pendidikan selaras dengan tujuan tersebut. 2. **Evaluasi Materi:** Menilai apakah materi yang diajarkan relevan, up-to-date, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.3. **Pengamatan Kegiatan-M:** Mengamati proses kegiatan belajar-mengajar di kelas untuk melihat apakah metode pengajaran efektif dalam menyampaikan materi.4. **Penilaian Hasil Belajar:** Menggunakan berbagai bentuk penilaian, seperti tes, kuis, dan tugas, untuk mengukur pemahaman dan keterampilan siswa.5. **Umpan Balik Siswa:** Mengumpulkan umpan balik dari siswa mengenai pengalaman belajar mereka dan kepuasan mereka terhadap kurikulum.6. **Refleksi dan Penyesuaian:** Melakukan refleksi terhadap hasil evaluasi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk meningkatkan efektivitas kurikulum.**Jawaban:**Efektivitas kurikulum pendidikan dapat dinilai melalui analisis tujuan, evaluasi materi, pengamatan kegiatan belajar-mengajar, penilaian hasil belajar, umpan balik siswa, dan refleksi serta penyesuaian.

**Kurikulum pendidikan Islam integratif adalah pendekatan yang menggabungkan berbagai aspek ilmu pengetahuan dan kehidupan dalam satu kerangka yang utuh. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang holistik kepada siswa dengan mengaitkan konsep-konsep agama dengan pengetahuan umum dan keterampilan praktis. Sebagai contoh, dalam pelajaran sejarah, siswa tidak hanya mempelistiwa sejarah, tetapi juga menganalisis dampaknya dari perspektif nilai-nilai Islam.Sebaliknya, kurikulum pendidikan Islam fragmentatif cenderung memisahkan antara ilmu pengetahuan sekuler dan ilmu agama. Dalam pendekatan ini, siswa mempelajari konsep-konsep agama secara terpisah dari mata pelajaran lainnya. Misalnya, ilmu agama diajarkan dalam satu periode khusus, sementara mata pelajaran seperti matematika, sains, dan bahasa diajarkan secara terpisah.**